Tim Peranatan Lampah-lampah Dhaup Ageng, Mas Ngabehi Citropanambang, menjelaskan hari ini sejak pukul 10.00 WIB kedua mempelai dhaup ageng mengikuti prosesi nyengker atau nyantri. Prosesi ini lebih dikenal dengan istilah pingitan pranikah.
"Nyengker ini lebih kepada supaya calon pengantin ini tidak pergi-pergi semacam dikurung. Supaya tidak pergi-pergi dan terhindar dari mara bahaya," ujar Citropanambang kepada wartawan di Kompleks Puro Pakualaman Yogyakarta, Kamis (3/1/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karena calon mempelai putri berasal dari luar istana, maka kedua orangtua dan saudaranya juga diwajibkan mengikuti prosesi nyengker. Selama nyengker mereka akan diajari budaya termasuk unggah-ungguh atau tata cara yang berlaku di lingkungan Puro.
"Ya terutama (diajari) kebudayaan unggah-ungguh di Pakualaman seperti apa itu juga kita beri wawasan. Nantinya kalau dia sudah menjadi menantu (paham) dalam menghadapi kehidupan di Puro, seperti unggah-ungguh dan sebagainya," ucapnya.
Prosesi nyengker berlangsung hari ini sampai menjelang akad nikah, Sabtu (5/1) mendatang. Maya dan keluarganya nyengker di Kepatihan Pakualaman. Sedangkan BPH Kusumo Bimantoro nyengker di gedung kompleks dalam Puro Pakualaman.
"(BPH Kusumo Bimantoro) juga melakukan nyengker, dia sudah tidak boleh kemana-mana. Dia juga harus mempersiapkan diri secara kerohaniannya, supaya ketika nanti saatnya akad nikah dia akan lebih kuat, lebih siap," pungkas dia. (mbr/mbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini