Ketua Panitia Dhaup Ageng, KPH Indrokusumo, menjelaskan jauh-jauh hari sebelum resepsi dhaup ageng pihaknya telah melaksanakan tradisi bucalan. Tradisi ini yakni menempatkan sesaji di sudut-sudut Puro Pakualaman.
"Bucalan itu adalah sesajen untuk di lingkungan Puro. Jadi itu ada beberapa sudut (Puro). Bucalan ini kita lakukan sudah sejak tanggal 24 Desember (2018) lalu," ujar KPH Indrokusumo saat dikonfirmasi detikcom, Kamis (3/1/2019).
![]() |
Layaknya prosesi adat pada umumnya, bucalan adalah harapan agar pelaksanaan dhaup ageng lancar tanpa satu hambatan dan gangguan apapun baik hambatan dari manusia maupun makhluk gaib.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Prosesi adat lainnya yakni wilujengan atau slametan. Menurut Indrokusumo, prosesi wilujengan banyak diisi pemanjatan doa kepada Tuhan dengan harapan prosesi pernikahan berjalan lancar.
"Wilujengan itu kita berdoa untuk semua kegiatan itu bisa berjalan lancar dan selamat. Kemarin (wilujengan) kita laksanakan di Tratag Bangsal tanggal 26 Desember (2018)," paparnya.
![]() |
Selanjutnya, Puro Pakualaman juga melaksanakan tradisi nyekar atau berziarah ke makam leluhur. Ada sejumlah makam yang diziarahi, seperti makam Panembahan Senopati di Kotagede, Bantul.
"Kemarin (ziarah) di Kotagede, di Astana Girigondo (makam para pengageng/pemimpin Pakualaman di Kulon Progo), di Semarang. Nyekar di Semarang itu kan ke makam eyangnya yang dari Gusti Putri (Paku Alam X) itu ada di sana, nyekarnya kemarin tanggal 27 Desember," tuturnya.
Untuk menyambut dhaup ageng, Puro Pakualaman juga sudah bersiap dengan mempersiapkan janur pengantin. Pihak Puro, lanjut Indrokusumo, sudah menggelar majang dan tarub sejak Rabu (2/1) kemarin.
"Untuk hari ini ada tradisi nyengker, maksudnya temanten putri dipingit (pengantin wanita tidak boleh keluar rumah). Sorenya ada doa bersama salah satunya di Masjid Pakualaman dan Masjid Girigondo (Kulon Progo)," ungkapnya.
![]() |
Selain itu, Puro Pakualaman masih akan menggelar sejumlah prosesi adat lainnya seperti siraman putri pada Jumat (4/1) pagi. Tantingan dan midodareni di Puro Pakualaman pada Jumat (4/1) malam.
"Baru Sabtu (5/1) jam 07.30 WIB ijab, jam 10.00 WIB panggih, terus jam 11.00 WIB prosesinya (resepsi pernikahan). Setelah itu pahargyan atau pesta, terakhir pamitan," pungkas Indrokusumo. (mbr/mbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini