NU Jatim Bahas Isu Muslim Uighur, Konjen China: Itu Bukan Pembantaian

NU Jatim Bahas Isu Muslim Uighur, Konjen China: Itu Bukan Pembantaian

Hilda Meilisa Rinanda - detikNews
Rabu, 26 Des 2018 17:41 WIB
Foto: Hilda Meilisa Rinanda
Surabaya - PWNU Jawa Timur menggelar dialog dengan Konsulat Jenderal Republik Rakyat China untuk membahas ramainya isu pembantaian Muslim Uighur. Pihak Konjen menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi dengan isu tersebut.

Konsulat Jenderal Republik Rakyat China di Indonesia, Gu Jingqi menerangkan bahwa yang terjadi di China bukanlah pembantaian Muslim Uighur, namun pemberian pelatihan untuk melawan terorisme bagi warga.

"Ada kebijakan untuk menghapuskan terorisme, ada banyak cara. Sekarang pemerintah lokal mengadakan pusat latihan mengajarkan bahasa mandarin. Ada banyak itu terorisme, mereka tidak belajar banyak, mereka membunuh orang," kata Gu Jingqi usai dialog di Kantor PWNU Jatim, Jalan Masjid Al Akbar Surabaya, Rabu (26/12/2018).


Gu menambahkan pihaknya ingin mengedukasi warga Tiongkok agar tak mudah terpapar paham terorisme. Menurut Gu, ajaran terorisme tak mencerminkan Islam.

"Mereka pikir itu ajaran untuk membunuh orang dan bisa masuk ke surga. Itu tidak baik. Jihad bukan membunuh orang, tujuan Islam untuk perdamaian. Mereka sudah dicuci oleh ISIS. Mereka membunuh kiai," lanjutnya.

Tak hanya itu, Gu menegaskan bahwa China juga memberikan kebebasan sepenuhnya kepada seluruh masyarakat untuk bebas memilih agama apapun. Apalagi di China sendiri tercatat ada 56 suku bangsa dan 10 di antaranya adalah suku bangsa yang beragama Islam. Selain itu, jumlah umat Islam di China juga mencapai 23 juta orang.


Sementara itu, Ketua PWNU Jatim Kiai Marzuki Mustamar mengutarakan bahwa pertemuan dengan Konjen China ini dirasa perlu untuk mengetahui apa yang sedang terjadi di sana.

"Pokoknya NU ingin baik dengan siapapun. Ada sekian juta Muslim di Jawa, yang bekerja di Indonesia, yang bosnya juga orang Cina. Itu harus dijaga. Ada hubungan ekspor impor ke Cina juga harus dijaga," tandasnya.

Kiai Marzuki menambahkan Muslim di Indonesia memiliki kedekatan dengan Muslim Cina karena sama-sama menganut Ahlussunnah wal Jamaah.

"Kenapa Cina harus kita jaga? Islam di Cina lebih dekat dengan di Indonesia, mereka pakai wirid setelah salat, doa bareng, tarawihnya juga 20 rakaat," lanjut Kiai Marzuki.



Tonton juga video 'Pemerintah Diminta Ambil Sikap soal Muslim Uighur':

[Gambas:Video 20detik]

(lll/lll)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.