Bambang mengeluhkan harga jual yang jatuh karena impor gula. "Kami petani tebu rasanya ingin menangis Pak, tapi ya air mata ini sudah kering. Harga jatuh. Lagi panen kok ya tega impor gula dari negara lain. Apakah mau mematikan petani," kata Bambang.
Keluhan yang sama datang dari Maruf. Dia bercerita panen tomatnya yang gagal dan membuat sebagian petani bertambah merana.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Usai curhat, Sandiaga memeluk Maruf. "Sabar ya Pak Maruf," katanya sambil menepuk-nepuk pria setengah baya tersebut.
Soal tebu Sandi mengaku sudah menandatangani kontrak politik dengan para petani tebu di Lumajang. Ada tujuh permintaan para petani yang harus diselesaikannya jika diberi amanat menjadi pelayan masyarakat Indonesia.
"Saya bacakan lagi kontrak tujuh poin yang diminta para petani tebu untuk dibenahi. Stop impor, memberantas mafia pangan, subsidi pupuk, aat-alat pertanian, revitalisasi pabrik gula pelat merah, memberikan kredit lunak dan ringan pada petani tebu, menghapus monopoli penjualan gula serta memperbaiki tata niaga gula. Ini sudah saya tandatangani, Insya Allah saya akan penuhi jika amanat diberikan kepada Pak Prabowo dan saya," terang Sandi.
Kepada Maruf, Sandi berjanji akan melaksanakan program sebagaimana yang pernah dilakukannya di DKI dengan Food Station. Membeli langsung dari petani untuk penyerdehanaan distribusi dan transparan. Sehingga petani dan peternak bisa meningkatkan kesejahteraannya.
"Saya akan terapkan cara yang sama hanya levelnya saja yang kita naikkan secara nasional. Seperti Saat kami menggagas pembelian telur dari Blitar untuk menjaga pasokan agar harga telur di DKI Jakarta kala itu terus stabil dan terjangkau. Pembelian langsung dilakukan PT Tjipinang Food Station. Warga DKI butuh telur 260 ton per hari, 100 tonnya dari Blitar," papar Sandi.
Simak juga video 'Kiat Sukses Sandiaga ke Para Pengusaha: Jangan Berpolitik':