Dirangkum detikcom, Senin (10/12/2018), aksi pembobolan penjara dilakukan 113 napi saat salat Magrib pada Kamis (29/11) lalu. Penjaga penjara kala itu memberi kesempatan kepada narapidana untuk beribadah secara berjamaah di masjid LP. Di luar dugaan, mereka membuat ulah.
Para napi tiba-tiba menyerang sipir yang bertugas. Pagar pembatas ke ruang bertamu dibobol. Mereka juga merusak teralis jendela menggunakan barbel. Dalam hitungan menit, 113 napi keluar berbondong-bondong dan melarikan diri ke areal persawahan di depan LP.
Setelah menjauh, napi mayoritas terjerat kasus narkoba ini memisahkan diri. Usai kejadian, polisi turun tangan dan melakukan perburuan. Dua jam pasca insiden, suara senjata terdengar menyalak tiga kali. Beberapa napi akhirnya kembali tertangkap.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Napi yang kabur tersebut tidak ada yang bawa senjata. Sekarang semuanya lagi bekerja sama-sama melakukan pencarian. Dan yang dijebol tadi juga sudah di las untuk pengamanan," kata Kapolresta Banda Aceh Kombes Trisno Riyanto kepada wartawan di Lapas, Kamis (29/11) malam.
Sehari pasca insiden, anggota Komisi III DPR Nasir Djamil menyambangi Lapas Banda Aceh. Dia sempat berbincang dengan beberapa napi yang ditangkap kembali. Nasir menduga, aksi para tahanan ini sudah direncanakan sebelumnya.
"Tadi saya katakan sama Ka Kanwil, jangan-jangan memang mereka sudah rencanakan, tapi tidak terendus oleh pihak petugas. Kenapa direncanakan dari pengakuan napi yang sudah kembali yang sudah ditangkap, mereka mengatakan bahwa yang lari-lari itu mengancam mereka dengan kayu dan balok. Kalau ngak mau keluar dipukul," kata Nasir kepada wartawan di Lapas Banda Aceh, Jumat (30/11/2018).
"Jadi mereka itu katanya, itu pengakuan mereka, mereka keluar itu, walaupun sebenarnya juga ada kemauan mereka sendiri mau keluar. Tapi ada peristiwa itu juga gitu, bahwa mereka juga dipukul, artinya itu memang sepertinya sudah direncanakan," jelas Nasir.
Menurut Nasir, jika aksi tersebut dilakukan spontanitas, maka jumlah napi yang kabur diperkirakan lebih banyak.
"Kalau orang tidak rencanakan, kalau spontan itu tidak ada aba-aba, tidak ada ancaman, mereka lari semuanya keluar," ungkapnya.
Namun Nasir tidak merincikan napi yang mengancam para napi lain sehingga kabur. Nasir berharap, insiden itu tidak terulang lagi di Lapas Banda Aceh.
"Jangan sampai terulang kembali, dan tentu ini membuat kredibilitas mau tidak mau, diakui atau tidak kredibilitas LP dipertanyakan oleh publik," ucapnya.
Sementara Kantor Wilayah Kemenkumham Aceh, mengaku rencana aksi pembobolan penjara oleh para napi ini tidak terdeteksi oleh sipir. Petugas jaga penjara juga kalah jumlah dengan napi. Pada malam kejadian misalnya, seorang sipir harus menjaga 70 napi.
"Kita masih akan memeriksa napi yang tertangkap oleh polisi, kita yang jelas ini upaya pelarian yang dilakukan secara spontanitas tanpa terdeteksi oleh petugas kita yang jaga," kata Kepala Kantor Wilayah Kemenkumham Aceh Agus Toyib kepada wartawan di Lapas Banda Aceh, Jumat (30/11/2018).
"Mungkin bagi napi yang lari ini sudah merencanakan karena mereka kan membawa alat untuk membobol pagar teralis dan jendela. Tindakan ini tidak terpantau oleh petugas kami yang jaga," jelas Agus.
Pasca kejadian, polisi melakukan penyelidikan untuk mencari dalang dan penyebabnya. Berdasarkan hasil pemeriksaan sementara, aksi pembobolan napi ini didalangi oleh enam terpidana yaitu empat orang terjerat kasus narkoba dan dua kasus pembunuhan. Satu dari enam dalang yaitu SY, napi kasus narkoba yang divonis seumur hidup sudah diciduk.
Meski demikian, motif pelarian 113 napi hingga kini masih misterius. Polisi menyebut, sebagian besar napi memilih kabur karena diprovokasi oleh enam napi tersebut. Identitas lima napi yang diduga provokator belum dibeberkan ke publik.
"Napi kabur akibat dipicu oleh provokasi enam napi tersebut. Keenam napi ini masing-masing empat orang napi kasus narkoba dan dua orang napi kasus pembunuhan," kata Kabid Humas Polda Aceh AKBP Ery Apriyono, Sabtu (1/12/2018).
Hingga hari ini, polisi sudah menangkap 36 napi dari 113 orang yang kabur. Narapidana yang belum tertangkap, sudah dijadikan DPO. Menurut polisi, perburuan napi ini terus dilakukan hingga semuanya tertangkap.
Ulah napi di Lapas Banda Aceh memang bukan kali ini saja terjadi. Pada 4 Januari lalu, sejumlah bangunan LP dibakar. Pemicunya, berawal dari pemindahan tiga mafia narkoba ke Lapas di Sumatera Utara. Ketiganya divonis di atas 10 tahun penjara. Dua di antaranya sudah bersedia "hijrah" sementara satu orang lagi bersikeras tetap berada di LP Banda Aceh.
Proses pemindahan melibatkan personel Polresta Banda Aceh dan Brimob Polda Aceh sebagai pengamanan. Pada Kamis (4/1) sekitar pukul 09.00 WIB, polisi datang ke LP untuk mengawal tiga napi yang akan dipindahkan. Suasana di penjara yang semula tenang-tenang saja tiba-tiba berubah.
Polisi berusaha menenangkan napi. Warga binaan semakin tersulut emosi setelah diprovokasi oleh Gunawan, napi yang tidak mau dipindahkan. Situasi mulai memanas. Di dalam, mereka mulai berteriak dan membuat kehebohan.
Untuk meredam amarah napi, polisi membawa mobil public address ke dalam LP. Tujuannya untuk memberi imbauan agar warga binaan tetap tenang. Tapi apa lacur, mereka semakin beringas. Mobil milik institusi penegak hukum itupun akhirnya jadi sasaran amuk massa.
Usai membakar mobil polisi, napi selanjutnya membakar gedung perkantoran dan melakukan pengrusakan. asal hitam membumbung tinggi. Dari dalam LP, napi juga melempar batu keluar. Situasi semakin tidak terkendali ketika itu.
Sekitar pukul 11.00 WIB, pasukan bala bantuan didatangkan. Di antaranya Brimob bersenjata lengkap, Dalmas, Sabhara, personel Polresta Banda Aceh dan prajurit Bataliyon 112 Raider Kodam Iskandar Muda. Sejumlah armada pemadam kebakaran juga dikerahkan ke lokasi untuk menjinakkan api.
Pasukan yang dikerahkan selanjutnya berusaha masuk. Tembakan gas air mata berhasil membuat napi mundur menjauh dari pintu pertama dan kedua. Situasi berhasil dikendalikan kembali sekitar pukul 14.00 WIB. Tak lama berselang, napi Gunawan yang diduga otak dibalik kerusuhan diamankan sejumlah polisi yang mengenakan sebo. Dia dibawa dengan tangan diborgol ke belakang.
"Yang bikin rusuh kita tahan di Polda. Kita akan melakukan penyelidikan kemudian kita ajukan ke pengadilan karena telah membuat kerusuhan," kata Waka Polda Aceh Brigjen Bambang Soetjahyo saat berada di LP, Kamis (4/1) sore.
Saksikan juga video 'Diduga Ketatnya Aturan Bikin Napi Lapas Aceh Kabur':
(agse/asp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini