Menurutnya, bank sampah memberikan kontribusi terhadap pengurangan sampah nasional sebesar 1,7% atau 1.389.522 ton/tahun dengan pendapatan rata-rata sebesar Rp 1.484.669.825 per tahun.
Keuntungan ekonomi sirkular tersebut diperoleh dari pengelolaan sampah yang dilakukan oleh Bank Sampah dengan menerapkan prinsip 3R (reduce-reuse-recycle).
"Pertumbuhan bank sampah mengalami peningkatan dari 1.172 unit di tahun 2015 menjadi 5.244 unit di tahun 2017. Semuanya tersebar di 34 provinsi dan 219 kabupaten/kota di Indonesia. Keberadaan bank sampah terbukti memberikan dampak positif, baik ke lingkungan, sosial maupun ekonomi, yaitu kontribusi terhadap pengurangan sampah nasional sekaligus peluang pekerjaan serta memberikan penghasilan tambahan. Bahkan, Bank Sampah Induk di Jakarta Barat memiliki omzet per tahunnya mencapai Rp. 4,5 miliar," papar Rosa Vivien Ratnawati, dalam keterangan tertulis, Senin (3/12/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Alarm Pencemaran Plastik |
Saat membuka acara Rakornas Bank Sampah ke-5 di Jakarta, dengan tema 'Revolusi Mental Pengelolaan Sampah Melalui Pelibatan Masyarakat Berbasis Sampah', Vivien menambahkan, isu sampah merupakan isu nasional bangsa Indonesia, terutama kota-kota besar.
Jumlah timbunan sampah semakin bertambah seiring dengan meningkatnya pertumbuhan jumlah penduduk, kemajuan teknologi dan perubahan gaya hidup masyarakat Indonesia yang menginginkan kepraktisan. Akibatnya, semakin beragam jenis sampah yang dihasilkan.
Di samping itu, tingkat kesadaran masyarakat yang masih rendah menyebabkan sampah belum dapat dikelola secara optimal di sumbernya. Bahkan, banyak sampah yang tercecer ke lingkungan dan berakhir di laut.
"Delapan puluh persen sampah di laut berasal dari daratan (land based mangement), sisanya 20% berasal dari kegiatan di laut (sea based management)," ungkap Vivien.
Estimasi timbunan sampah per kapita Indonesia adalah 0,7 kg/hari atau setara dengan 65 juta ton sampah dalam setahun. Komposisi sampah nasional didominasi oleh sampah organik sebesar 57%, sampah plastik sebesar 16%, sampah kertas 10%, dan sisanya 17% merupakan sampah lainnya.
Khusus terkait sampah plastik, ada peningkatan timbunan sampah plastik dari tahun 2013 sebesar 14% menjadi 16% pada tahun 2016. Ada 5 jenis sampah plastik yang mendominasi di lingkungan, meliputi kantong plastik sekali pakai, PET botol, sedotan, styrofoam, dan saset. Sementara itu, sumber utama sampah nasional yaitu 36% berasal dari kegiatan rumah tangga.
Menyikapi fenomena ini, banyak program inisiatif yang sudah dilakukan oleh bank sampah untuk mengajak masyarakat mau memilah dan membawanya ke bank sampah. Tujuannya, mengurangi jumlah sampah yang dikirim ke Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) serta menghasilkan keuntungan ekonomi sirkular.
Sejumlah programnya meliputi program bayar sekolah dengan sampah di kota Cimahi, bayar listrik dengan sampah dan membeli sembako dengan sampah di Makassar, sampai dengan pembayaran biaya kesehatan dengan sampah di Malang. Terbaru, Pegadaian juga menginisiasi pembentukan 59 bank sampah di seluruh Indonesia dengan mengajak masyarakat menabung sampah untuk mendapatkan emas.
"Bank Sampah harus dapat menjadi modal sosial yang permanen dalam pranata sosial masyarakat Indonesia. Minimal satu desa/kelurahan memiliki satu bank sampah, serta minimal satu Kabupaten/Kota memiliki Bank Sampah Induk yang berfungsi sebagai off taker (Bulog Persampahan)," terang Vivien.
Rakornas Bank Sampah ini merupakan kegiatan Rutin KLHK setiap tahunnya, sebagai wadah komunikasi dan silaturahmi nasional para pelaku Bank Sampah di seluruh Indonesia.
Rakornas bertujuan untuk mendorong tumbuhnya peran serta masyarakat dalam mengelola sampah, dengan cara memilah dan mengolah sampah di sumbernya. Selain itu, Rakornas juga bertujuan untuk meningkatkan kapasitas bank sampah dalam hal pengelolaan sampah organik maupun anorganik. Serta memperluas jejaring kerja sama bank sampah dengan dunia usaha. (mul/ega)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini