Kepala DKRTH Surabaya Hendry Setianto mengatakan ia tidak mempermasalahkan bila warga menanam pohon tabebuya sendiri untuk penghijauan. Tetapi ia membantah bahwa pihaknya akan memberi pohon tabebuya.
"Warga bisa tanam pohon tabebuya sendiri untuk penghijauan. Cuma usaha sendiri. Dalam arti tanaman cari sendiri. Kita stoknya terbatas sekali, hanya kita yang tanam," kata Hendri saat dihubungi detikcom, Jumat (30/11/2018).
Menurut Hendri, bibit pohon tabebuya dapat diperoleh dengan mudah melalui online atau datang langsung ke pembudidayanya yang kebanyakan berada di Malang dan Kediri. Bibitnya dapat dijual satuan atau paketan.
Hendri menambahkan, kalaupun tak ada tabebuya, DKRTH juga menyediakan tumbuhan jenis semak-semak atau tanaman perdu seperti rovilia dan kemuning Jepang yang dapat diminta secara cuma-cuma. Secara kebetulan untuk tanaman perdu seperti, DKRTH memang melakukan pembibitan sendiri.
"Kalau semak-semak kita ada stok. Karena kita pembibitan sendiri. Itu bisa diminta oleh warga atas nama RT RW atau atas nama pribadi dan sekolah-sekolah," lanjutnya.
Saat ini, Hendri memperkirakan ada sekitar 2.500 pohon tabebuya yang tersebar di seluruh Kota Surabaya. Pohon yang berasal dari pedalaman hutan Amazon itu ditanam dalam kurun 5 tahun terakhir karena Pemkot tengah gencar menanam pohon yang rindang dan memiliki varian bunga.
"Pohon tabebuya sendiri mulai ditanam sejak 5 tahun lalu. sekarang sudah ada sekitar 2.500 lebih tersebar di seluruh Surabaya," ungkapnya.
Untuk pengadaannya, DKRTH menganggarkan dana sekitar Rp 200 juta untuk setiap paket bibit pohon tabebuya berisi sekitar 500 batang yang didatangkan langsung dari Malang dan Kediri. (lll/lll)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini