"Katanya besok mau langsung dibangun. Rumah ini nanti dibongkar dan dibangun rumah baru di fondasi yang sudah kami buat," kata Sumiyadi kepada detikcom di rumahnya, Kamis (29/11/2018).
Masih menurut Sumiyadi, dalam dua hari ini ada banyak relawan yang datang menemui dia dan istrinya. Mereka menyampaikan rasa prihatin dan berencana membantu untuk bedah rumah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Istri Pak Gubernur tadi lihat kondisi kami dan bilang secepatnya rumah kami akan diperbaiki. Alhamdulillah besok langsung dimulai, tapi rumah kami ini mau pasang penopang dulu biar aman," kata Sumiyadi semringah.
Kondisi rumah Sumiyadi jika dilihat dari sisi kiri memang sangat memprihatinkan. Atap dan dinding sudah rusak termakan usia, sedangkan tiang sudah miring dan nyaris roboh.
Tidak hanya rumah, kondisi ekonomi satu keluarga ini pun cukup memprihatinkan. Sumiyadi bekerja sebagai kuli serabutan dan istrinya sebagai buruh cuci pakaian.
"Kerja nggak kerja Mas, kadang-kadang dapat Rp 70 ribu. Nanti libur tidak kerja, jadi kerja tidak tetap. Istri ikut bantu, ya itu juga sebisanya saja sebagai tukang cuci baju," kata Sumiyadi dengan mata sayup-sayup karena memang matanya sudah mulai rabun.
Sementara itu Ketua Tim PKK Febrita saat ditemui mengatakan sudah berkoordinasi dengan Gubernur dan dinas terkait. Dia meminta rumah tak layak huni itu segera diperbaiki.
"Saya berkoordinasi sama Pak Gubernur untuk bagaimana bisa membantu. Jadi hari ini saya datang bersama pemerintah provinsi untuk melihat agar dapat segera diperbaiki dan ini juga ada dari PT Pusri, mereka siap bantu," kata Febrita.
Sebagai ketua tim PKK, Febrita mengaku prihatin melihat kondisi rumah Sumiyadi. Apalagi Sumiyadi tak memiliki pekerjaan tetap. Penghasilannya hanya cukup untuk makan.
"Ini sangat memprihatinkan, suami kerja buruh panggul, istri buruh cuci dan anak satu itu juga berkebutuhan khusus. Jadi nanti ditangani sama Dinas Sosial agar dapat pelatihan keterampilan," tutupnya. (ras/asp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini