"Hasil survei mengatakan kearifan lokal sangat menentukan untuk mereduksi paham paham radikalisme dan seluruh paham negatif," ucap Kepala BNPT Komjen Suhardi Alius dalam focus group discussion di Hotel Royal Kuningan, Setiabudi, Jakarta Selatan, Kamis (29/11/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sedangkan kuantitatif melalui penyebaran kuesioner kepada 450 responden di 32 provinsi dengan total 14.400 responden seluruh Indonesia," ucap Suhardi.
Menurutnya, survei menunjukkan masyarakat masih memiliki kekayaan kearifan lokal. Dia menambahkan sebagian masyarakat meyakini kearifan lokal efektif menangkal radikalisme.
"Kepercayaan masyarakat terhadap kearifan lokal sebagai daya tangkal radikalisme berada pada skor kategori tinggi 63,60, artinya kearifan lokal masih mampu memfilter paham paham radikalisme," jelasnya.
Namun ia menegaskan saat ini tidak ada dokumen utuh terkait kearifan lokal itu. Masyarakat juga masih kurang paham terhadap kearifan lokal.
"Kondisi tidak ada dokumentasi menyulitkan inventarisasi kearifan lokal sekaligus transfer of knowledge juga sulit karena tidak bisa menularkan kearifan lokal tersebut," tuturnya.
Menanggapi temuan itu, Suhardi adanya kolaborasi antara lembaga dan tokoh yang masih ada. Ia juga menginginkan adanya inventarisasi dan sosialisasi kearifan lokal.
"Diperlukan tanggung jawab kementerian dan lembaga yang memiliki kewenangan di tingkat nasional maupun daerah, kolaborasi dengan masyarakat dan tokoh tokoh masyarakat," tuturnya. (rvk/asp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini