Sederet Masalah Lion Air PK-LQP Sebelum Take Off Terakhir

Sederet Masalah Lion Air PK-LQP Sebelum Take Off Terakhir

Rina Atriana, Indah Mutiara Kami, Eva Safitri - detikNews
Rabu, 28 Nov 2018 20:00 WIB
Mesin pesawat Lion Air PK-LQP (Pradita Utama/detikcom)
Jakarta - Masalah demi masalah ternyata sudah dialami Lion Air PK-LQP sebelum penerbangan JT 610 Jakarta-Pangkalpinang. Masalah terjadi lagi di penerbangan yang berakhir jatuh di perairan Tanjung Karawang pada 29 Oktober 2019.

Fakta ini dipaparkan dalam laporan awal Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) yang dirilis ke publik pada Rabu (28/11/2018). Berikut ini deretan temuan KNKT yang dipaparkan oleh Ketua Subkomite Investigasi Kecelakaan Penerbangan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Nurcahyo Utomo dalam jumpa pers di kantornya, Jl Medan Merdeka Timur, Gambir, Jakarta Pusat.

6 masalah di Lion Air PK-LQP

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Masalah di Lion Air PK-LQP sudah ada empat hari sebelum jatuh, tepatnya 26 Oktober 2018. Masalah demi masalah ini kemudian diatasi satu per satu.

Enam masalah itu adalah terkait dengan flag kecepatan dan ketinggian muncul di Captain (kiri) Primer Flight Display (PFD) sebanyak tiga kali, speed trim fail dan mach trim fail sebanyak dua kali, dan IAS (indicated airspeed) dan ALT (altitude) disagree muncul sekali dalam penerbangan Denpasar ke Jakarta pada malam sebelum kecelakaan terjadi.



Sinyal pan-pan di penerbangan Lion Air PK-LQP Denpasar-Jakarta

KNKT menjabarkan secara khusus masalah di Lion Air PK-LQP saat penerbangan Denpasar-Jakarta. Awalnya, flight data recorder (FDR) mencatat adanya stick shaker aktif sesaat sebelum penerbangan hingga selama penerbangan. Pada ketinggian sekitar 400 kaki, pilot menyadari adanya peringatan kecepatan berubah-ubah atau indicated airspeed (IAS) disagree pada primary flight display (PFD).

Pilot kemudian mengalihkan kendali pesawat udara ke second in command (kopilot) serta membandingkan penunjukan pada PFD dengan instrument standby dan menentukan bahwa PFD kiri yang bermasalah. Saat itu, hidung pesawat PK-LQP mengalami penurunan secara otomatis. Karena penurunan otomatis itu, kopilot kemudian mengambil alih penerbangan secara manual.



Saat kopilot mengambil alih penerbangan, pilot mendeklarasikan 'pan-pan' ke petugas pemandu lalu lintas penerbangan. Meski demikian, pilot tidak return to base (kembali ke Bandara Denpasar), melainkan melanjutkan penerbangan ke Jakarta.

Sederet Masalah Lion Air PK-LQP Sebelum Take Off TerakhirFoto: Lion Air PK LQP yang jatuh (Dokumentasi Lion Air)


Perbaikan di Cengkareng

Setelah pesawat parkir, pilot Lion Air PK-LQP Denpasar-Jakarta melaporkan permasalahan pesawat udara kepada teknisi dan menulis IAS (kecepatan) dan ALT disagree dan menyalakan lampu feel diff press di aircraft flight and maintenance logbook (AFML).

Teknisi melakukan pembersihan air data module (ADM) pilot dan static port kiri untuk memperbaiki IAS dan ALT disagree disertai tes operasional di darat dengan hasil tidak masalah. Teknisi membersihkan sambungan kelistrikan pada elevator feel computer disertai dengan tes operasional dengan hasil baik.



Masalah-masalah ternyata tidak hanya terjadi sebelum Lion Air PK-LQP terbang dengan rute Jakarta-Pangkalpinang. Sederet gangguan masih terjadi hingga akhirnya pesawat itu jatuh di perairan Tanjung Karawang. Berikut masalah-masalah yang muncul seperti disampaikan KNKT:

Perbedaan angle of attack (AoA)

Saat pesawat lepas landas, digital flight data recorder (DFDR) merekam adanya perbedaan AoA kiri dan kanan sekitar 20 derajat. Kondisi ini terjadi terus-menerus sampai akhir rekaman.

Sensor AoA berguna untuk mengukur seberapa tinggi atau rendah hidung pesawat. Seperti disebutkan sebelumnya, AoA yang terpasang di Lion Air PK-LQP saat jatuh baru dipasang sehari sebelumnya.

FDR Lion Air PK-LQP / FDR Lion Air PK-LQP (Pradita Utama/detikcom)


Beda data stall di pilot dan kopilot

KNKT mendapatkan data, sesaat sebelum pesawat lepas landas, stick shaker pada control column sebelah kiri aktif. Tapi stick shaker di sisi kanan tidak aktif.



Stick shaker adalah tactical warning atau tanda bahaya yang bentuknya adalah rangsangan ke kulit. Tugas intinya adalah memberi input kepada pilot bahwa indikasi pesawat akan stall.

Stall adalah kondisi yang amat dihindari saat terbang. Pesawat akan kehilangan daya angkat jika mengalami stall. Stall harus dihentikan dengan cara mengembalikan pesawat ke sudut yang sesuai dengan arah aliran udara.

Flight control problem

Pada saat terbang, kopilot (second in command-SIC) sempat bertanya kepada petugas pemandu lalu lintas penerbangan (ATC) untuk memastikan ketinggian dan kecepatan pesawat yang ditampilkan di layar radar petugas ATC. Kopilot juga melapor mengalami flight control problem kepada petugas ATC.

Hidung pesawat naik-turun

Saat terbang, pilot dan kopilot menaikkan flaps pesawat. Flaps adalah sirip sayap pesawat, permukaan berengsel di tepi belakang sayap.

Ketika flaps dinaikkan, FDR merekam hidung pesawat otomatis turun (trim aircraft air nose down-trim AND). Pilot kemudian menaikkan hidung pesawat (trim aircraft air nose up-trim ANU).



Trim AND otomatis berhenti ketika flaps diturunkan. Ketika flaps dinaikkan kembali, trim AND otomatis dan input dari pilot untuk melakukan trim aircraft nose up (ANU) terjadi kembali dan berlanjut selama penerbangan.

Beda data pramugari

KNKT menyebut ada perbedaan data mengenai jumlah pramugari yang berada di pesawat Lion Air PK-LQP. Data penumpang pesawat menyebutkan ada lima pramugari, sedangkan data yang didapatkan polisi dari kru Lion Air menunjukkan ada enam pramugari.
Halaman 2 dari 2
(imk/haf)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads