"Sudah diperiksa, kita ambil keterangannya untuk mengklarifikasi karena ada laporan. Jadi kita ada laporan dari masyarakat, kita klarifikasi dan itu biasa," kata Irjen Idham di Mapolda Metro Jaya, Jl Jenderal Sudirman, Jakarta, Sabtu (24/11/2018).
Dia menegaskan polisi menindaklanjuti setiap laporan yang masuk. Tahapannya dimulai dari penyelidikan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Nanti kalau memang sampai pada ujungnya harus naik dalam proses penyidikan, kita harus kita lakukan. Tapi masih jauh," kata Idham.
Dahnil, setelah diperiksa pada Jumat (23/11) malam, mengatakan inisiasi dibuatnya kegiatan bersama Pemuda Muhammadiyah dan GP Ansor berasal dari Menpora Imam Nahrawi. Imam, menurut Dahnil, ingin dibuatkan kegiatan bersama yang intinya dimaksudkan agar menunjukkan tidak ada konflik horizontal di masyarakat di tengah isu-isu negatif soal pemerintah.
Mulanya PP Pemuda Muhammadiyah mengusulkan kegiatan pengajian akbar di 5 kota. Namun atas dorongan Kemenpora, kegiatan berubah menjadi apel dan kemah pemuda di Prambanan pada 2017.
"Kemudian dari situ, dari proposal yang disampaikan oleh timnya Mas Fanani (Ahmad Fanani), mewakili Pemuda Muhammadiyah, itu Pemuda Muhammadiyah diberikan fasilitasi untuk memobilisasi peserta sekitar Rp 2 miliar. Nah sedangkan GP Ansor Rp 3,5 miliar," ujarnya.
Dahnil kecewa terhadap panggilan polisi yang seakan-akan terjadi dugaan tindak pidana korupsi. Sebab, kegiatan apel dan kemah pemuda Islam dimaksudkan untuk membantu menciptakan suasana kondusif di tengah masyarakat di tengah isu negatif yang menyerang pemerintah.
"Ada beberapa masalah yang bagi saya menyakitkan. Hari ini dipanggil tuduhan melakukan korupsi. Padahal sejak awal, komitmen kami ingin membantu pemerintah karena tuduhan anti-Islam segala macam, supaya meredam konflik horizontal dan macam-macam. Itu kemudian jawab dengan niat baik. Ternyata kami dituduh macam-macam," paparnya. (fdn/fdn)