Sejumlah perajin yang berada di RW 15 menemui Sandiaga dan menyampaikan keluhan mereka tentang kedelai impor yang masih menjadi bahan baku utama kripik tempe buatan mereka.
Yang menjadi persoalan adalah mereka selalu was-was ketika kurs dolar AS naik, sebab ini juga mempengaruhi harga kedelai.
"Kita masih pakai kedelai impor, harganya ikut dolar. Sehari bisa habiskan 30 ton dengan jumlah perajin mencapai 600 orang," ungkap Ketua Paguyuban Perajin Kripik Tempe Sanan, M Arif Sofyan Hadi, di hadapan Sandiaga, Jumat (23/11/2018).
Arif turut menyampaikan harapan besar terkait harga elpiji ukuran 3 kg. Mereka mengaku konsumsi elpiji jenis tersebut bisa mencapai 1.500 tabung dalam sehari, untuk itu mereka berharap subsidi bahan bakar ini tidak dicabut.
"Subsidi elpiji melon juga jangan dicabut. Konsumsi kita cukup banyak," tambah Arif.
Menanggapi hal ini, Sandiaga mengaku baru pertama ini menemukan tempe setipis kartu ATM. "Ini teman-teman, saya baru pertama kali bertemu dengan tempe setipis ATM," ujar Sandi.
Menurut Sandiaga, penting mengembangkan kedelai lokal agar harga jual lebih terjangkau oleh perajin tempe. "Kalau bisa produksi kedelai sendiri, kenapa tidak? Harus ada keberpihakan kepada rakyat. Karena bahan baku tempe masih tergantung impor," tuturnya.
Ia pun menyakinkan kondisi tersebut akan berubah bila dirinya dan Prabowo Subianto memenangkan Pilpres 2019 mendatang. Swasembada kedelai bakal diwujudkan, begitu juga dengan harga elpiji stabil dan terjangkau.
"Elpiji harga naik pasti akan langka. Kenapa harganya terus dinaikkan? Pastinya harus memperhatikan kepentingan rakyat. Nanti 2019 bila saya terpilih akan berbeda," tutupnya. (lll/lll)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini