Sejak didirikan secara swadaya oleh warga setempat pada akhir 2008, gedung sekolah kelas jauh ini belum sekali pun tersentuh perhatian pemerintah. Padahal, dari hari ke hari, kondisi bangunan sekolah yang berbahan kayu itu semakin memprihatinkan.
"Sampai sekarang belum pernah ada bantuan. Bangunan dan keperluan murid untuk belajar semuanya swadaya warga," kata tokoh masyarakat Sapriadi kepada detikcom, Kamis (22/11/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sekolah kelas jauh ini sengaja dibangun warga untuk memudahkan anak-anak di daerah ini guna memperoleh pendidikan. Jarak menuju sekolah induk yang mencapai 3,5 kilometer dan ditempuh dengan berjalan kaki. Alhasil, hal itu menjadi alasan banyaknya anak usia sekolah dasar di Dusun Tondopata putus sekolah.
"Itu sebabnya warga di dusun ini sangat mengharapkan perhatian dari pemerintah agar keberadaan sekolah ini mendapat dukungan, baik materi maupun moril, agar keberadaan sekolah kelas jauh ini tetap dapat dipertahankan," lanjut Sapriadi.
Awalnya sekolah kelas jauh ini memiliki 43 murid yang duduk di bangku kelas I sampai IV. Jumlah tersebut kini turun drastis menjadi 17 murid saja yang duduk di bangku kelas I sampai III.
"Alasannya karena tenaga pengajar kurang, sekarang tinggal satu orang, banyak anak yang berhenti sekolah, lainnya terpaksa pindah tempat tinggal mendekati sekolah induk," ungkap Sapriadi. (asp/asp)