Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) turun langsung untuk mengecek kondisi paus itu. "Ada 6 kilogram sampah dalam perut paus," ucap Menteri LHK Siti Nurbaya di Palembang, Rabu (21/11/2018).
Baca juga: Sudah 2 Paus Terdampar di Sultra Tahun Ini |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Secara teori memang paus makan ubur-ubur. Karena sampah bening mungkin ya dikira ubur-ubur dan dimakan juga, inilah yang harus diteliti," kata Siti.
Terlepas dari itu, penanganan sampah di laut, disebut Siti, harus benar-benar menjadi perhatian pemerintah. Siti menyebut penanganan itu salah satunya dilakukan dari sungai.
Sementara itu, Marine Species Conservation Coordinator WWF Indonesia, Dwi Suprapti, menyebut kondisi bangkai paus itu sudah sangat busuk sehingga sulit diamati. Namun dia tidak memungkiri sampah yang ditemukan di tubuh paus itu bisa menjadi penyebab kematiannya.
"Adanya indikasi kematian disebabkan oleh asupan cemaran plastik sampah tersebut bisa saja terjadi, namun tidak dapat dipastikan karena tidak dilakukan pengamatan yang komprehensif, di antaranya karena kondisi paus sudah kode 4 (pembusukan tingkat lanjut), kondisi paus yang sudah tidak utuh," kata Dwi.
Kapus Penelitian Laut Dalam LIPI Dr Ir Augy Syahailatua memberikan pendapat serupa. Dia mengaku tidak bisa asal menyimpulkan apakah sampah tersebut adalah penyebab utama kematian paus itu.
"Plastik itu kan susah (hancur), kalau sampah organik mungkin bisa. Berbeda, misalnya, dengan tanduk hewan. Walaupun keras, itu kan zat kapur, sehingga bisa dicerna. Seperti kita makan tulang ikan, tetap bisa dicerna, kan?" kata Augy.
Walau bukan penyebab utama dalam kasus ini, sampah-sampah yang terbawa arus laut bukan kali ini saja ditemukan di tubuh satwa laut. Augy mengungkapkan kasus serupa banyak ditemukan oleh LIPI.
"Di berbagai jenis ikan, termasuk di tuna, juga pernah kita temukan," ujar Augy.
Baca juga: Tragedi Paus Akibat Sampah Terbawa Arus |
Sampah, kata Augy, bisa bersarang di pencernaan satwa, seperti paus. Selain itu, bisa tersangkut di insang tapis satwa air raksasa tersebut.
"Kalau paus kan makanannya bukan binatang, melainkan plankton. Jadi semua bisa masuk, termasuk sampah," kata Augy.
Sampah-sampah yang ditemukan di perut bangkai itu bermacam-macam. Dari sandal hingga gelas plastik.
"Hasil identifikasi isi perut paus yang dilakukan di kampus AKKP Wakatobi menemukan sampah plastik dengan komposisi sampah gelas plastik 750 gr (115 buah), plastik keras 140 gr (19 buah), botol plastik 150 gr (4 buah), kantong plastik 260 gr (25 buah), serpihan kayu 740 gr (6 potong), sandal jepit 270 gr (2 buah), karung nilon 200 gr (1 potong), dan tali rafia 3.260 gr (lebih dari 1.000 potong). Adapun total berat basah sampah 5,9 kg," ujar Kepala Balai Taman Nasional Wakatobi Heri Santoso. (dhn/jbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini