"Persoalan Buleleng ini soal aksesibilitas, bukan hanya waktu tapi kenyamanan, kalau soal potensi luar biasa. Orang ke Buleleng akan mabuk, orang mikirin ke Buleleng sekali terus nggak mau, mungkin sekarang kenyamanan terbantu bisa menggerakkan investasi masyarakat buleleng, apalagi waktu tempuhnya terbantu," kata Agus di sela acara ground breaking di Desa Pegayaman, Buleleng, Bali,a Rabu (14/11/2018).
Agus menambahkan Buleleng kaya dengan potensi wisata. Hanya saja persoalan jalan yang berkelok-kelok dan jarak yang jauh dari pusat kota membuat Buleleng hanya diminati turis dengan minat khusus.
"Kita punya pusat-pusat destinasi yang kita upayakan bergerak terus, (Desa) Pemuteran misalnya dapat award terus dari dunia. Ini salah satu upaya dari masyarakat dan pemda, bagaimana masyarakat dengan minat khusus mau ke Buleleng dia datang ke buleleng, tapi kalau bukan dia nggak mau ke Buleleng karena mabuk (darat). Padahal itu jumlahnya yang banyak," ujar Agus.
Dia kemudian menyontohkan sejumlah destinasi wisata yang sudah tersohor di Buleleng seperti kawasan Dermaga Celukan Bawang, Pantai Lovina, hingga Tamblingan yang terkenal sebagai tempat menyelam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia pun senang dengan realisasi pembangunan jalan di daerahnya tersebut. Apalagi Buleleng hanya menanggung Rp 10 miliar untuk pembebasan lahan.
"Saya apresiasi luar biasa kepada Pak Gubernur karena sudah melanjutkan pembangunan proyek ini lebih maksimal lagi, langsung mendorong desain seluruhnya sampai bawah, membiayai desainnya dari shortcut 1, 2,3,4,9,10. Saya diskusi dengan beliau (BPJN Kementerian PUPR) trase-trasenya harus kita jaga dengan baik, Metode konstruksinya diperhatikan dengan baik pembiayaannya. Provinsi tahun 2019 sudah menganggarkan Rp 200 miliar untuk pembebasan lahan. Sehingga Buleleng dibilang sudah nyerah karena saya bangun pasarnya dibantu provinsi," ujarnya.
Dia pun optimistis pembangunan ini menjadi awal pemerataan pembangunan bagi Bali. Sehingga tidak hanya daerah Bali Selatan saja yang berkembang tapi juga kawasan Bali Utara.
"Sekarang kita sedang berjuang bagaimana pemerataan bukan hanya di Buleleng tapi (jalur) kereta api, (Bali) utara-selatan, Bali benar menjadi one island one management, tidak lagi orang Singaraja berdesakan ke Denpasar ke Badung, kapasitas terganggu, iklim sosial terganggu, premanisme, gangguan keamanan, kita memeberdayakan masyarakat menjaga keajegan Bali dan situasi daerah di Bali sebagai destinasi utama di Indonesia dan bahkan dunia," harapnya. (ams/asp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini