Menurut Rommy, hasil survei tidak selalu sama dengan hasil di pemilu. Selain karena survei itu merupakan potret hari ini, juga terdapat kesalahan metode yang membuatnya sering meleset dalam memprediksi hasil pemilu, khususnya untuk memprediksi partai menengah dan Islam.
"Menjelang pemilu 2014 lalu misalnya, PPP dalam survei hanya mendapatkan sekitar 2,2 persen. Padahal pada kenyatannya, suara PPP mencapai 2,5 hingga 3 kali lipat dari hasil survei tersebut," kata Rommy dalam keterangan tertulis, Senin (12/11/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, setidaknya ada dua kesalahan metode yang membuat suara PPP selalu berada di atas survei. Pertama, survei-survei itu, menurut Rommy, selalu underrepresented atau kurang terwakili secara proporsional oleh partai-partai menengah. Sehingga secara umum, partai menengah seperti PPP selalu memiliki suara yang jauh lebih kecil di survei dibandingkan partai besar.
"Kedua, survei selalu bermasalah dengan responden non muslim. Banyaknya responden non muslim melebihi jumlah populasi yang ada," lanjut Rommy.
Sehingga, menurutnya, PPP yang merupakan partai Islam dan berada di paling kanan dalam spektrum ideologi selalu dirugikan. Hal inilah yang membuat hasil survei untuk PPP selalu tidak tepat.
Saksikan juga video 'PPP Sindir Kubu Prabowo: Memang Paham Debat Pakai Bahasa Inggris?':
(ega/mul)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini