Di kompleks makam ini terdapat tugu bertuliskan Taman Makam Pahlawan Pagerayu. Terletak di pinggir sungai dan berada di lahan milik warga bernama Almh Kalimah. Belakangan tanah tersebut kini dikuasai oleh pihak desa agar tetap terawat keberadaan makam tersebut.
Sekeliling makam dibangun pagar keliling dan dicat warna merah putih. Sayangnya, di sekitar makam masih banyak berserakan sampah akibat kurangnya kesadaran warga dalam membuang sampah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di tiga rumah inilah, 37 prajurit Hizbullah meregang nyawa akibat berondongan peluru tentara Belanda. Selain melakukan penembakan secara bertubi tubi, tentara Belanda juga membakar rumah milik Medah dan Soyu karena dianggap sebagai tempat persembunyian tentana Hizbullah.
Tentara Hizbullah hendak pulang ke Brebes dan Tegal untuk menemui keluarga setelah berbulan bulan melakukan perang gerilya. Mereka pulang menggunakan jalur tikus untuk menghindari patroli Belanda.
"Salah satu jalur yang dilalui adalah Desa Jatirokeh. Di sini mereka menginap di rumah warga. Namun ternyata keberadaan mereka diketahui oleh intel pasukan Belanda yang bernama Nevis," ungkap Wijanarto, saat ditemui di Taman Makam Pahlawan Pagerayu, Sabtu (10/11/2018) siang.
Dari laporan intel ini, pasukan Belanda melakukan pengepungan. Mereka kemudian memberondong rumah tersebut mulai sebelum subuh hingga pagi hari. Seluruh pasukan yang sedang terlelap karena kecapaian itu pun gugur.
"Oleh warga, prajurit itu dikuburkan di depan rumah tersebut dalam kondisi masih berlumuran darah. Warga menganggap tidak perlu mengkafani dan memandikan karena mereka gugur sebagai syuhada," tutur Wijanarto.
Beberapa tahun kemudian, identitas salah tentara Hizbullah itu mulai terungkap. Satu diantara mereka yang gugur adalah Kapten Ismail. Pihak keluarga mengidentifikasi dari cincin kawin yang melingkar di kerangka jarinya. Oleh keluarga, kerangka Kapten Ismail ini dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan di Kota Tegal.
"Sebagai penghormatan, Kapten Ismail dijadikan nama sebuah jalan di Kota Tegal," pungkasnya.
Wijanarto menambahkan setelah lama berada di luar daerah, muncul keinginan dari prajurit Hizbullah asal Brebes dan Tegal untuk pulang menengok keluarga.
Setelah berhari hari jalan kaki, sampailah di sebuah desa di Brebes, yaitu Desa Jatirokeh, Kecamatan Songgom. Di desa ini mereka memutuskan beristirahat di rumah rumah warga. Ada tiga rumah yang didiami pasukan ini, yaitu milik Jazuli, Medah dan Soyu.
Akibat serangan itu, 37 prajurit Hizbullah tewas. Mereka meregang nyawa sebelum sempat menemui keluarganya. Jenazah pahlawan ini kemudian dimakamkan di sebidang tanah milik Kalimah, sekitar 5 meter dari rumah pembantaian tersebut.
Saat ini makam tersebut masih terpelihara oleh pihak desa. Warga menyebut, daerah tersebut adalah blok pahlawan. (bgk/bgk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini