Contohnya saja, banjir bandang yang menerjang wilayah Kabupaten Tasikmalaya. Akibat bencana tersebut enam orang dinyatakan meninggal dunia dan ratusan rumah di tiga kecamatan yakni Cipatujah, Karang Nunggal dan Culamega terendam akibat luapan air sungai.
Tidak hanya merendam rumah warga, banjir bandang itu juga menggerus Jembatan Sungai Ciandum, di Kecamatan Cipatujah. Akibatnya akses dari Kabupaten Garut menuju Kabupaten Tasikmalaya dan sebaliknya terputus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian adanya pergerakan tanah yang mengancam sekitar 48 rumah warga di Kabupaten Bandung Barat, bencana banjir di Kabupaten Bandung dan banjir yang merendam 990 rumah di Kabupaten Pangandaran.
Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengatakan akan segera mengambil beberapa langkah agar masyarakat waspada menghadapi ancaman bencana. Pihaknya juga akan menggelar rapat untuk menetapkan status siaga bencana banjir dan longsor di wilayah Jawa Barat.
"(Penetapan status siaga bencana) itu harus dirapatkan dulu, saya akan cek apakah ini situasional saja. Karena BMKG belum memberikan input ini berapa bulan dengan intensitas air hujannya sebesar apa. Kalau sudah ada faktanya, tapi apapun itu saya imbau masyarakat tolong waspada," ucapnya, di Gedung DPRD Jabar, Kota Bandung, Jumat (9/11/2018).
Selain itu, lanjut dia, pihaknya juga sedang menyiapkan 'West Java Resilience Culture Blue Print' untuk memperkuat kesiap-siagaan masyarakat terhadap bencana. Apalagi secara geografis, Jawa Barat ini memiliki potensi bencana cukup tinggi.
"Jabar itu, secara naturalnya 60 persen bencana hidrologis Indonesia itu ada enggak ada manusia memang terjadi menurut geografisnya ada di Jabar. Jadi sudah takdir," ucapnya. (mso/ern)