"Saya sering berkunjung ke Papua, di sana ada satu wali kota lulusan Muhammadiyah, ada satu bupati lulusan Muhammadiyah, yaitu Wali Kota Jayapura dan Bupati Jayapura," kata Muhadjir saat menjadi keynote speaker di Universitas Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta, Rabu (24/10/2018).
"Dua-duanya beragama Kristen tetapi lulusan SMP Muhammadiyah. Kelakuannya, tindak tanduknya persis kader Muhammadiyah, dan dia merasa kader Muhammadiyah walaupun tidak beragama Islam," lanjut mantan Rektor UMM ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, meski kedua kepala daerah tersebut beragama Kristen namun mereka menaruh hormat kepada tokoh-tokoh Muhammadiyah. Tak hanya itu, cara berpikir dan keberpihakan mereka kepada Muhammadiyah disebut Muhadjir luar biasa.
"Jadi sering saya guyoni (ajak bercanda). 'pak wali, sampean ini sudah Muhammadiyah cuma satu saja yang kurang, yaitu Islam'. Jadi semua prilakunya sudah mencerminkan seorang kader Muhammadiyah," tutur Muhadjir.
Muhadjir menjelaskan, prilaku kedua kepala daerah tersebut menurutnya adalah contoh keberhasilan lembaga pendidikan Muhammadiyah dalan mengajar murid-muridnya. Terutama dalam mengajarkan nilai-nilai keislaman.
"Kita berkeyakinan bahwa sebetulnya walaupun seorang itu tidak beridentitas muslim. Tetapi nilai-nilai keislaman bisa dia serap juga di dalam kehidupan sehari-hari," ungkapnya.
Oleh karenanya, Muhadjir berharap contoh yang ditunjukkan kedua kepala daerah di Papua tersebut bisa ditiru kadar Muhammadiyah. Semestinya kader Muhammadiyah yang beragama muslim memiliki standar moral yang berlaku di Muhammadiyah.
"Semestinya yang muslim, yang sekolah di Muhammadiyah harus betul-betul juga memiliki standar prilaku Muhammadiyah, dan itu harus ditanamkan melalui salah satunya adalah sejarah perjuangan, pergerakan Muhammadiyah," pungkas Muhadjir. (mbr/mbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini