Rizki mengaku ia dan teman-temannya mulai berinisiatif untuk melakukan budidaya cacing karena kegemaran mereka memancing.
"Awalnya dari anak-anak kartar (Karang Taruna) yang suka sekali memancing terus kepikiran deh pengen tahu apa sih keuntungan dari memproduksi cacing, lalu kita study banding ke Malang untuk tahu seluk-beluk dan cara budidaya cacing yang baik," kisah Rizki saat berbincang dengan detikcom, Rabu (24/10/2018).
Baca juga: Geliat Budidaya Cacing Tanah di Kota Malang |
![]() |
Selain study banding, mereka juga memperdalam ilmu untuk budidaya cacing lewat internet lalu dipraktikkan sendiri di lapangan. Budidaya pun mulai dilakukan sejak bulan Mei 2017.
Rizki mengaku di saat mulai merintis budidaya cacing, ia dan teman-temannya sempat mengalami kegagalan produksi hingga dua kali karena belum tahu betul bagaimana budidaya yang benar.
"Saat itu mencoba budidaya tapi gagal sampai dua kali, terus diberi tahu salah satu teman bagaimana cara budidaya yang benar akhirnya berhasil," lanjutnya.
Menurut Rizki, membudidaya cacing memang susah-susah gampang. Cacing harus terjaga suhu ruangannya karena jika suhu ruangan lebih dari 30 derajat Celcius maka cacing tidak akan bisa dihasilkan.
Makanannya pun harus menggunakan kotoran sapi dan juga ampas tahu agar cacing berkembang biak dengan baik dan gemuk-gemuk.
"Karena kalau sampe kering dan sering-sering nyiram otamatis nggak bisa diproduksi. Makanannya pun juga harus dijaga," paparnya.
![]() |
Namun dalam perjalanannya, Rizki dan teman-temannya akhirnya menyadari bahwa budidaya cacing tidak semata-mata untuk mendapatkan penghasilan tetapi juga bermanfaat bagi lingkungan. Ini karena makanan cacing adalah jenis limbah nonkimia sehingga keberadaan cacing sangat dibutuhkan bagi keseimbangan alam.
Setelah menghasilkan, cacing-cacing produksi Rizki dan teman-temannya dijual dengan harga Rp 50.000/kg untuk pembeli eceran dan Rp 25.000/kg untuk pengepul.
Seiring berjalannya waktu, Rizki dan teman-temannya mulai merambah kegiatan lain yaitu memanfaatkan sisa kotoran cacing untuk dijadikan pupuk. Dari sini harga pupuk yang dijual bisa mencapai Rp 10.000/kg. Untuk itu, omzet yang bisa mereka kantongi dalam sebulan setidaknya mencapai Rp 1,5 juta.
Keren! (lll/lll)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini