Penolakan Festival Gandrung Sewu yang Tak Digubris Penyelenggara

Penolakan Festival Gandrung Sewu yang Tak Digubris Penyelenggara

Fatichatun Nadhiroh - detikNews
Jumat, 19 Okt 2018 09:24 WIB
Foto: Aditya Mardiastuti/detikcom
Banyuwangi - FPI menolak kegiatan Festival Gandrung Sewu 2018 yang digelar 20 Oktober 2018. Namun Pemkab Banyuwangi memastikan tetap menggelar tari yang merupakan warisan seni dan budaya asli Banyuwangi yang sudah diakui dunia.

Apalagi tari gandrung identik dan resmi digunakan tarian ucapan selamat datang setiap ada kegiatan di Banyuwangi.

"Festival Gandrung Sewu ini murni pertunjukan seni dan budaya yang setiap tahunnya dilaksanakan di Kabupaten Banyuwangi," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Banyuwangi Muhammad Yanuar Bramuda, Kamis (18/10/2018).

Dia menampik jika tari gandrung yang melibatkan 1.300 lebih penari itu pertunjukan yang mengundang maksiat.


"Kita tidak bisa mengubah itu, karena itu asalnya ada. Gandrung Sewu adalah bahasa bagaimana mengenalkan gandrung lebih elegan ke dunia Internasional. Jadi gandrung yang sewu ini adalah murni tontonan, seni, dan penampilan. Makanya tidak ada unsur sebagaimana yang diisyaratkan oleh pakem-pakemnya gandrung di dalam budaya itu sendiri. Gandrung itu kan ada macam-macam, ada gandrung terop, ada seblang subuh macam- macam itu," kata Muhammad Yanuar Bramuda kepada detikcom.

Festival ini, lanjut dia, mampu menggerakkan ekonomi lokal dan menjadi media untuk mempelajari sejarah kepahlawanan melawan penjajahan.

"Alhamdulillah, selama ini Festival Gandrung Sewu telah disambut antusias oleh wisatawan. Dan ini berdampak positif ke ekonomi lokal, ada ribuan warga yang menerima berkah ekonominya, mulai warung, jasa transportasi, restoran, homestay, hotel, sampai UMKM produsen oleh-oleh," tambahnya.

Bramuda menjelaskan, kedatangan ribuan wisatawan dalam dan luar negeri secara langsung ikut menambah pendapatan warga Banyuwangi. "Semoga ini bisa terus meningkat dan ikut menciptakan peluang ekonomi bagi warga," ujar Bramuda.


Namun pihaknya tetap menghargai adanya kritik berupa penolakan pelaksanaan Gandrung Sewu 2018. Namun diharapkan penolakan tersebut tetap tidak menghalangi terselenggaranya pagelaran gandrung sewu 2018 tersebut.

"Kami saling menghormati saja. Karena memang tidak ada kemaksiatan dalam Gandrung Sewu ini," tandasnya.

Sementara alasan FPI Banyuwangi menolak digelarnya Gandrung Sewu lantaran Indonesia dilanda banyak bencana. Ini karena kemaksiatan tumbuh subur di Indonesia. Bencana ini sebagai bentuk peringatan, jangan sampai bencana terjadi di Banyuwangi.

"Sifatnya hanya nasihat. Jika memang itu tidak diindahkan ya tidak apa-apa. Kami tidak akan melakukan aksi penertiban acara itu (Gandrung Sewu)," ujar Ketua DPW-FPI Banyuwangi H Agus Iskandar kepada detikcom di rumahnya.


Surat pernyataan sikap yang tertuang dalam surat No. 0003/SK/DPW-FPI Banyuwangi/II/1440 Tertanggal 11 Oktober 2018, itu konteksnya ingin mengingatkan pemerintah daerah dan masyarakat terkait dengan kemaksiatan.

"Kami hanya mengingatkan. Soal mau diterima atau tidak, ya terserah. Menurut saya, bupati sebagai pemegang kebijakan, kan bisa mencari yang lain yang lebih santun untuk memajukan Banyuwangi," tandasnya.

Kegiatan Festival Gandrung Sewu sedianya digelar di Pantai Boom Banyuwangi, Sabtu (20/10/2018). Kegiatan ini sudah digelar 7 kali di tempat yang sama. Sebanyak 1300 penari akan menarikan Gandrung, tarian khas Banyuwangi.

Tahun ini Gandrung Sewu mengangkat tema 'Layar Kumendung'. Penonton tidak hanya akan menyaksikan kemegahan tarian, tapi juga fragmen drama kepahlawanan yang menyertainya. Pertunjukan ini melibatkan sebanyak 1.173 penari, 64 penampil fragmen dan 65 pemusik.


Tema Layar Kumendung yang diangkat pada tahun ini, lanjut Bramuda, akan menampilkan kisah heroisme Bupati pertama Banyuwangi Raden Mas Alit dalam menentang pendudukan VOC Belanda. Meski kemudian Raden Mas Alit harus gugur dalam sebuah ekspedisi pelayaran (Layar) hingga menyebabkan kesedihan (Kumendung) bagi rakyat Banyuwangi. (fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.