Ibu Selvia, Musri mengatakan, meski sempat memutuskan untuk tidak meneruskan sekolah saat duduk di kelas 4 MI (Madrasah Ibtidaiyah), tetapi Selvia tetap mengajar ngaji di mushala kampung yang hanya terpisah jalan kecil dengan rumahnya di Desa Cangkring, Kecamatan Bluluk.
Menurut Musri, yang diajar ngaji Iqro oleh Selvia adalah anak-anak berusia 5-8 tahun. Sayangnya, aktivitas mengajar mengaji itu terhenti pada tahun 2014.
"Saat itu, Selvia sudah jarang keluar rumah karena minder dengan kondisinya," terang Musri kepada detikcom, Kamis (18/10/2018).
Sebelumnya keluarga juga mengakui jika berat badan Selvia membuatnya sulit beraktivitas. Jangankan sekolah, untuk melakukan kegiatan sehari-hari saja, ia harus dibantu oleh anggota keluarganya.
"Aktivitas sehari-hari seperti mandi dan lainnya ya dibantu ibu dan kakaknya," ungkap paman Selvia, Mulyono.
Selain itu, Selvia disebut tak kuat berjalan lama-lama karena mengalami gangguan pernapasan tiap kali berjalan agak jauh.
"Jalan beberapa meter sudah nggak kuat, itupun dibantu ibu dan kakaknya. Setiap hari ya lihat TV," lanjutnya.
Karena memiliki berat badan di atas rata-rata, Selvi memutuskan berhenti sekolah di kelas 4 MI atau saat usianya menginjak 9 tahun. Ia mengaku malu dan minder karena terlihat paling besar di antara teman-teman sebayanya.
Saksikan juga video 'Malu Akibat Obesitas, Gadis di Lamongan Terpaksa Putus Sekolah':
(lll/lll)