Kisah Sendu Selvia, Gadis asal Lamongan Berbobot 197 Kg

Kisah Sendu Selvia, Gadis asal Lamongan Berbobot 197 Kg

Rahma Lillahi Sativa - detikNews
Kamis, 18 Okt 2018 07:22 WIB
Foto: Eko Sudjarwo/File
Surabaya - Selvia Dwi Susanti (15) memilih tak lagi bersekolah sejak duduk di bangku kelas 4 MI (Madrasah Ibtidaiyah) karena malu dan miner pada teman-temannya. Penyebabnya, berat badan Selvia berada di atas rata-rata.

"Saya sejak kelas 4 MI sudah tidak sekolah karena malu," katanya saat berbincang dengan detikcom, Rabu (17/10/2018).

Ketika memutuskan untuk tidak sekolah di kelas 4 MI, Selvia sudah berbobot sebesar 139 kg. Saat ini, di usianya yang menginjak 15 tahun, bobotnya telah mencapai 197 kg.


Menurut pengakuan sang kakak, Dia Setiyorini, Selvia sebenarnya lahir dengan berat normal, yaitu berkisar 4 kg. Dia juga memastikan, adiknya tidak mengalami kelainan saat lahir sehingga mengakibatkan beratnya terus bertambah.

Namun saat menginjak usia 9 tahun atau ketika duduk di bangku kelas 4 MI, berat badan Selvia bertambah dengan cepat. Kala itu beratnya sudah mencapai 139 kg, sedangkan teman-temannya hanya berbobot 39 kg. Itulah sebabnya Selvia memutuskan untuk berhenti sekolah karena malu.


Tubuh Selvia juga diakui terus menggemuk meski saat itu pola makannya sama dengan anak sebayanya.

"Saya tiap hari makannya ya 2 kali," ungkap Selvia.

Menunya pun tak jauh berbeda dengan menu yang dikonsumsi anggota keluarga lainnya setiap hari. "Sama dengan saya dan keluarga yang lain, juga makannya tidak banyak," timpal Dia.

Keluarga juga tak bisa menyebutkan apa kira-kira penyebab bobot Selvia bisa mencapai ratusan kilogram hingga membuatnya enggan sekolah lagi.


Kisah Sendu Silvia, Gadis asal Lamongan Berbobot 197 KgFoto masa kecil Selvia. (Foto: Eko Sudjarwo/File)

Namun diakui Dia, ada satu makanan yang menjadi kegemaran sang adik, yaitu krupuk. Kebiasaan makan krupuk itu didapati keluarga sebelum bobot Selvia melonjak tajam seperti saat ini.

"Dulu, adik saya ini paling suka makan krupuk, apapun jenis krupuk disukai adik saya," ujar Dia.

Meski demikian, keluarga tak dapat menyimpulkan apakah kebiasaan makan krupuk itu berada di balik lonjakan berat badan putri pasangan Suroso dan Musri tersebut.

Jangankan sekolah, aktivitas Selvia juga menjadi terbatas karena berat badannya. Bahkan ia hanya bisa bergantung pada keluarganya.

"Aktivitas sehari-hari seperti mandi dan lainnya ya dibantu ibu dan kakaknya," ungkap paman Selvia, Mulyono.


Kisah Sendu Silvia, Gadis asal Lamongan Berbobot 197 KgSilvia hanya bisa berjalan sejauh beberapa meter saja. (Foto: Eko Sudjarwo/File)

Selain pergerakannya yang terbatas, warga Desa Cangkring, Kecamatan Bluluk, Kabupaten Lamongan itu disebut tak kuat berjalan lama-lama karena mengalami gangguan pernapasan tiap kali berjalan agak jauh.

"Jalan beberapa meter sudah nggak kuat, itupun dibantu ibu dan kakaknya. Setiap hari ya lihat TV," lanjutnya.

Sejauh ini keluarga hanya mengupayakan agar bobot Selvia turun dengan memanfaatkan pengobatan tradisional. Saat usia Selvia masih berusia 10 tahun, keluarga membeli obat dari Jakarta.

"Kalau nggak salah bentuknya seperti jamu. Tetapi ternyata bukan malah kurus tetapi tambah gemuk," tuturnya.


Jamu itu sempat dikonsumsi Selvia selama satu tahun. Namun karena kondisi Selvia tak kunjung berubah, akhirnya konsumsi jamu itu pun dihentikan.

Untuk sementara, keluarga belum berencana untuk membawa Selvia menjalani pengobatan modern. Ia beralasan ini karena keponakannya masih malu.

"Dia juga masih takut jika ketemu orang asing dan orang-orang yang memakai seragam," tambahnya. (lll/lll)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.