Mereka yang Mengecam Pembubaran Tradisi Sedekah Laut di Bantul

Mereka yang Mengecam Pembubaran Tradisi Sedekah Laut di Bantul

Pradito Rida Pertana - detikNews
Senin, 15 Okt 2018 09:19 WIB
Warga menyiapkan makanan yang dimasak untuk prosesi sedekah laut di Bantul. Foto: Pradito Rida Pertana/detikcom
Bantul - Sejumlah pihak angkat bicara soal pengrusakan lokasi tradisi sedekah laut di Bantul, Jumat (12/10) malam. Mulai dari Bupati Bantul, Suharsono hingga Sekjen PBNU, Helmy Faishal Zaini mereka menyesalkan peristiwa itu.

Bupati Bantul, Suharsono menilai perbuatan sekelompok orang yang membuat acara yang sarat dengan nilai kebudayaan itu batal digelar hari ini, Sabtu (13/10) dan termasuk dalam tindak pidana.

"Perbuatan itu jelas masuk tindakan pidana, karena ada pengrusakan di lokasi," katanya saat dihubungi wartawan, Sabtu (13/10).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Suharsono melanjutkan, bahwa kegiatan seperti sedekah laut merupakan kegiatan budaya yang sudah turun menurun serta perlu dilestarikan keberadaannya. Karenanya, ia berharap pada masyarakat agar tidak perlu takut menggelar acara sedekah laut atau kegiatan budaya lainnya.

"Ini pembelajaran bagi pemda agar lebih antisipatif terhadap pihak-pihak yang mencoba membenturkan budaya dengan agama. Karena bisa membuat masyarakat takut serta trauma," ujarnya.

Selain itu, Suharsono akan berkoordinasi dengan pihak Kepolisian agar kejadian serupa tidak terjadi lagi di kemudian hari.

"Demikian juga Polri juga akan mengantisipasi tindakan kekarasan," ucapnya.


Sekjen Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Helmy Faishal Zaini juga menyesal peristiwa main hakim sendiri ini terjadi. Dia mengingatkan bahwa Indonesia bukan negara agama.

"Masyarakat tidak boleh main hakim sendiri, Indonesia itu bukan negara agama, tapi negara yang beragama. Kalau ada tudingan kegiatan itu dianggap musyrik, lha orang-orang yang bukan beragama Islam bisa dianggap musyrik semua, dan bisa dibenarkan dong untuk melakukan pelarangan peribatan dan seterusnya," kata Helmy, di sela menghadiri acara Milad ke-6 Ponpes Ora Aji di Sleman, Sabtu (13/10 malam.

Helmy mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk menghormati ragam budaya bangsa Indonesia yang majemuk. Menurutnya, banyaknya kebudayaan lokal di Indonesia merupakan khazanah kekayaan bangsa.

"Soal apakah aksi pembubaran itu melanggar hukum, kita serahkan ke polisi. Yang jelas kita menyesalkan tindakan itu, karena nanti akan ada banyak acara-acara budaya lainnya dianggap sebagai (musyrik), klaim kebenaran milik siapa," sebutnya.


"Kita mendukung aparat keamanan (untuk menyelidiki peristiwa pembubaran persiapan sedekah laut). Saya mengajak kita harus hormati budaya lokal, soal pendapat (musyrik), ya itu pendapat masing-masing," lanjutnya.

Sedangkan dari kalangan Parpol, Ketua DPD PDIP DIY, Bambang Praswanto mendukung polisi mengusut tuntas kasus pembubaran sedekah laut di Pantai Baru, Bantul. Dia mendesak polisi segera mengungkap motif kekerasan terhadap kegiatan budaya ini.

"Polisi paling tidak (mengungkap) kenapa sih latarbelakangnya kok melakukan itu (pembubaran sedekah laut) Selama ini kan tidak ada pengganggu," kata Bambang saat dihubungi detikcom, Minggu (14/10).


Menurutnya, pembubaran paksa sedekah laut sudah masuk tindak kriminal. Sebab, massa yang membubarkan kegiatan tersebut memakai cara-cara kekerasan, termasuk melakukan ancaman terhadap penyelenggara.

"Jadi apapun alasannya menurut saya tidak boleh ada seorang pun yang mengganggu. Karena dia (penyelenggara sedekah laut) juga tidak mengganggu," katanya.

"Sedekah laut kan tidak mengganggu orang juga. Ini memang budaya, ada sedekah laut, ada sedekah gunung, ada sedekah kali dan sebagainya. Ada merti (bersih) kali dan sebagianya. Ini kan sebenarnya tujuannya baik," imbuhnya.

Sedangkan menurut Sosiolog UGM, Arie Sujito, pembubaran tradisi sedekah laut ini dipicu perbedaan interpretasi budaya antar kelompok. Sebagaian kelompok menilainya sebagai tradisi, namun kelompok lain memiliki penafsiran yang berbeda.

"Saya kira yang namanya tradisi kayak gitu kan juga menjadi bagian dari sejarah mereka (warga pesisir Pantai Baru Pandansimo)," kata Arie saat dihubungi detikcom, Sabtu (13/10/2018).

Itu (pembubaran tradisi sedekah laut) ya soal interpretasi. Sekali lagi harus dicegah itu ya perusakan-perusakan kayak begitu," ujarnya.

Kejadian tersebut juga ditanggapi ulama, adalah Kiai muda asal Kalasan, Sleman, KH Miftah Maulana Habiburrahman atau akrab disapa Gus Miftah sangat menyayangkan kejadian yang terjadi di Pantai Baru.

"Banyak orang yang gagal paham, salah paham atau pahamnya salah. Menurut saya, selama tujuan tradisi adat untuk nguri-uri budaya, itu tidak ada masalah. Tapi jika sifatnya peribadatan, jelas itu salah," tegasnya di sela acara Milad ke-6 Ponpes Ora Aji yang diasuhnya, Sabtu (14/10/2018) malam.

Apapun itu, teman-teman yang, mohon maaf, melakukan tindakan anarkis, saya tidak sepakat. Karena Islam itu rahmah, Islam itu penyayang, bahasa saya kemudian adalah mereka (pelaku sedekah laut) adalah orang-orang yang juga butuh kita pahamkan," pungkasnya.


Saksikan juga video 'Nelayan Trenggalek Lestarikan Tradisi Nenek Moyang':

[Gambas:Video 20detik]

(sip/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads