Kisah Warga Palu yang Selamat Usai Terseret Tsunami Sejauh 50 Meter

Kisah Warga Palu yang Selamat Usai Terseret Tsunami Sejauh 50 Meter

Novi Christiastuti - detikNews
Selasa, 02 Okt 2018 14:06 WIB
Situasi di Balaroa usai gempa dan tsunami (detikcom/Pradita Utama)
Palu - Wilayah Balaroa di pinggiran Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng) yang tadinya merupakan kompleks perumahan kini rata dengan tanah usai gempa bumi mengguncang. Seorang korban selamat bernama Adi menuturkan bagaimana dirinya terseret gelombang tsunami sejauh beberapa puluh meter.

Seperti dilansir Channel News Asia, Selasa (2/10/2018), Adi menceritakan bagaimana dirinya hanya bisa memeluk istrinya saat keduanya ada di tepi pantai ketika gelombang tsunami menerjang dengan cepat pada Jumat (28/9) lalu.

Terjangan tsunami itu memisahkan Adi dengan istri tercintanya. Saat ini Adi mengaku sama sekali tak tahu di mana istrinya berada, apakah masih hidup atau tidak. Tidak disebut lebih lanjut nama istri Adi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ketika gelombang (tsunami) datang, saya kehilangan dia (istrinya)," tutur Adi.


Adi menyebut dirinya sempat terbawa terjangan tsunami namun berhasil selamat. "Saya terbawa sejauh 50 meter. Saya tidak bisa berpegangan pada apapun," ucapnya.

Kondisi di Balaroa kacau usai tsunami menerjang, dengan banyak pohon tumbang, puing beton dan atap logam yang rusak berserakan dan perabotan rumah yang terkoyak. Orang-orang menyisir puing-puing untuk mencari barang-barang yang bisa diselamatkan.

Korban selamat lainnya di Boya, yakni Andi Rainaldi dan istrinya, seperti dilaporkan ABC Australia, menghabiskan waktu berhari-hari mencari anggota keluarga mereka yang berjumlah tujuh orang. Salah satunya adalah anak laki-laki pasangan ini.


Dituturkan Andi kepada ABC, gempa dan tsunami menyapu habis seluruh desanya, hingga tidak ada satupun rumah yang masih utuh. Andi bersama istrinya akhirnya menemukan putra mereka sudah tak bernyawa di sebuah masjid setempat, yang berubah menjadi kamar mayat darurat.

"Saya bahkan tidak bisa mengidentifikasi putra saya dari wajahnya, hanya dari pakaiannya ... Kami menemukannya tidak bisa dikenali secara fisik," tutur Andi. "Saya sungguh sedih, hancur. Dia putra semata wayang, anak satu-satunya. Dia dia masih kecil. Saya sangat kehilangan dia. Sungguh sulit untuk kehilangan dia. Kami akan menguburkannya sesegera mungkin," imbuhnya.

Banyak korban selamat yang menghabiskan beberapa hari terakhir untuk mencari keluarga mereka yang hilang.

Komisi Palang Merah Internasional (ICRC) menyatakan pihaknya tengah mengupayakan untuk saling mempertemukan keluarga yang terpisah akibat bencana alam ini. ICRC menyediakan 'jasa forensik' untuk membantu proses identifikasi para korban tewas.


Gempa berkekuatan 7,4 Magnitudo yang mengguncang Sulteng pada Jumat (28/9) lalu, memicu gelombang tsunami hingga setinggi 5 meter. Sejauh ini, menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), sedikitnya 844 orang tewas akibat gempa dan tsunami di Sulteng. Jumlah korban tewas diyakini masih akan terus bertambah karena evakuasi masih terus berlangsung.


Simak Juga 'Gempa Susulan di Donggala adalah Hal Wajar':

[Gambas:Video 20detik]

(nvc/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads