Seperti dilansir Channel News Asia, Selasa (2/10/2018), Adi menceritakan bagaimana dirinya hanya bisa memeluk istrinya saat keduanya ada di tepi pantai ketika gelombang tsunami menerjang dengan cepat pada Jumat (28/9) lalu.
Terjangan tsunami itu memisahkan Adi dengan istri tercintanya. Saat ini Adi mengaku sama sekali tak tahu di mana istrinya berada, apakah masih hidup atau tidak. Tidak disebut lebih lanjut nama istri Adi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adi menyebut dirinya sempat terbawa terjangan tsunami namun berhasil selamat. "Saya terbawa sejauh 50 meter. Saya tidak bisa berpegangan pada apapun," ucapnya.
Kondisi di Balaroa kacau usai tsunami menerjang, dengan banyak pohon tumbang, puing beton dan atap logam yang rusak berserakan dan perabotan rumah yang terkoyak. Orang-orang menyisir puing-puing untuk mencari barang-barang yang bisa diselamatkan.
Korban selamat lainnya di Boya, yakni Andi Rainaldi dan istrinya, seperti dilaporkan ABC Australia, menghabiskan waktu berhari-hari mencari anggota keluarga mereka yang berjumlah tujuh orang. Salah satunya adalah anak laki-laki pasangan ini.
Dituturkan Andi kepada ABC, gempa dan tsunami menyapu habis seluruh desanya, hingga tidak ada satupun rumah yang masih utuh. Andi bersama istrinya akhirnya menemukan putra mereka sudah tak bernyawa di sebuah masjid setempat, yang berubah menjadi kamar mayat darurat.
"Saya bahkan tidak bisa mengidentifikasi putra saya dari wajahnya, hanya dari pakaiannya ... Kami menemukannya tidak bisa dikenali secara fisik," tutur Andi. "Saya sungguh sedih, hancur. Dia putra semata wayang, anak satu-satunya. Dia dia masih kecil. Saya sangat kehilangan dia. Sungguh sulit untuk kehilangan dia. Kami akan menguburkannya sesegera mungkin," imbuhnya.
Banyak korban selamat yang menghabiskan beberapa hari terakhir untuk mencari keluarga mereka yang hilang.
Komisi Palang Merah Internasional (ICRC) menyatakan pihaknya tengah mengupayakan untuk saling mempertemukan keluarga yang terpisah akibat bencana alam ini. ICRC menyediakan 'jasa forensik' untuk membantu proses identifikasi para korban tewas.
Gempa berkekuatan 7,4 Magnitudo yang mengguncang Sulteng pada Jumat (28/9) lalu, memicu gelombang tsunami hingga setinggi 5 meter. Sejauh ini, menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), sedikitnya 844 orang tewas akibat gempa dan tsunami di Sulteng. Jumlah korban tewas diyakini masih akan terus bertambah karena evakuasi masih terus berlangsung.
Simak Juga 'Gempa Susulan di Donggala adalah Hal Wajar':
(nvc/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini