PT RUM memang sudah tidak berproduksi sejak operasinya dihentikan pemerintah tujuh bulan lalu. Pabrik baru boleh beroperasi lagi jika sudah bisa menghilangkan limbah udara menyengat.
Sejak Jumat (21/9) lalu, PT RUM mulai melakukan uji coba terhadap alat penetral bau yang baru mereka pasang. Selain masih mencium bau, warga juga menuding limbah cair PT RUM juga mencemari anak Sungai Bengawan Solo hingga membuat ikan mati.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Selain itu, warga juga mengeluhkan masih adanya bau yang mengganggu. Namun kali ini aroma bau tersebut berbeda.
"Baunya seperti kopi, petai, cukup mengganggu. Munculnya pada waktu tertentu mengikuti arah angin. Kalau muncul bisa setengah jam baru hilang," ujarnya.
Diwawancara terpisah, Sekretaris PT RUM, Bintoro Dibyoseputro, memastikan bahwa matinya ikan-ikan itu tak berhubungan dengan PT RUM. Sebab, limbah cair dari pabrik langsung dibuang ke Sungai Bengawan Solo melalui pipa.
"Jadi limbah itu tidak dibuang di anak sungai. Bisa saja itu penyebabnya dari pabrik lain," katanya saat dikonfirmasi detikcom melalui telepon.
Dia juga menjelaskan bahwa limbah cair sejak dahulu tidak pernah menjadi permasalahan karena sudah sesuai standar. Namun dia mengakui limbah udara PT RUM perlu ditangani dengan mendatangkan alat penetral bau yang baru mereka uji cobakan.
"Bau kopi yang keluar ini karena bahannya pulp. Baunya seperti kalau kita menyeduh kopi, jadi harusnya tidak mengganggu dan tidak beracun. Kita fokusnya menghilangkan bau H2S yang seperti kentut," kata Bintoro.
Tonton juga 'Hiii... Ribuan Ikan Sapu-sapu Mati di Curug Parigi Bekasi':
(bai/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini