"Kami bekerja sama dengan Tim HaloHola mengenalkan alat ini untuk membantu akselerasi akses pendidikan di daerah tertinggal. Setelah Kupang, kami akan mencobanya di Kabupaten Mappi, Papua. Pilot project ini akan ada di beberapa daerah tertinggal," tutur Direktur Jenderal PDT Samsul Widodo, dalam keterangan tertulis, Sabtu (29/9/2018).
Dengan jarak tempuh sekolah yang mencapai 90 menit dari Pelabuhan Semau serta kondisi sinyal yang masih sulit, HaloHola diharapkan dapat menjadi alternatif sumber pembelajaran bagi siswa SMP dan SMA. Pengaplikasian HaloHola dilakukan dengan menggunakan wifi dan streaming offline tanpa perlu menggunakan paket data/pulsa/sinyal pada telepon pintar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Materi bahan ajar yang ada di dalam alat HaloHola tersebut telah menyesuaikan dan mengunduh materi-materi sesuai dengan standar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Kami juga tambahkan materi-materi lain yang dapat memperkaya wawasan dan pengetahuan para pelajar," kata Samsul.
Ke depan, lanjut Samsul, dirinya akan terus bersinergi dengan kementerian maupun lembaga lain baik pusat maupun daerah untuk memperkaya konten yang ada di dalam alat HaloHola tersebut. Menurutnya, hal itu merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan akses ilmu pengetahuan bagi para pelajar yang ada di daerah tertinggal.
"Beberapa waktu lalu kami juga berkomunikasi dengan Kementerian Agama. Mereka cukup tertarik dan akan mencoba mengaplikasikannya di pesantren-pesantren. Kontennya nanti bisa menyesuaikan," sambungnya.
Saat pengenalan HaloHola di SMA Negeri 1 Semau, antusiasme murid maupun guru di sekolah tersebut sangat tinggi. Menurut salah satu guru di sekolah, HaloHola sangat bermanfaat untuk guru dalam memberikan materi ajar kepada murid. Sedangkan menurut para murid, materi yang diajarkan melalui alat digital tersebut juga sangat menarik dan mudah dimengerti.
Informasi lainnya tentang Kemendes PDTT bisa dilihat di sini.
(idr/ega)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini