"Tim Jokowi-Ma'ruf Amin harus lebih kerja keras lagi jika ingin elektabilitasnya sampai di angka psikologis aman," kata Direktur Presidential Studies-DECODE UGM Nyarwi Ahmad kepada wartawan, Jumat (28/9/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun dampak itu diperkirakan tidak terlalu besar. Berbeda jika Gus Dur masih hidup dan memberikan dukungan secara langsung. Ada dua alasan. Pertama, Gus Dur berbeda dengan keluarganya, apalagi Yenny Wahid. "Daya magnetik Yenny Wahid ke pemilih NU dan pengagum Gus Dur masih belum sebanding dengan yang pernah dimiliki oleh Gus Dur," papar Nyarwi.
Kedua, keluarga Gus Dur, khususnya Yenny Wahid, memiliki jaringan dan mesin politik terbatas. Bisa saja mereka memainkan narasi politik ala Gus Dur untuk menaikkan elektabilitas Jokowi-KH Makruf. Namun Nyarwi memperkirakan angka yang diperoleh tak akan cukup mengatrol elektabilitas Jokowi ke level psikologis yang benar-benar aman.
"Banyak juga kalangan pemilih milenial dan post-millennial yang belum familiar dengan pemikiran Gus Dur, bahkan di lingkungan anak-anak keluarga NU sekalipun," kata Nyarwi.
Hasil survei teranyar yang dilakukan Indikator Politik menyebut bahwa elektabilitas Jokowi-Ma'ruf sebesar 57,7 persen dan Prabowo-Sandi 32,3 persen. Responden yang tidak memilih 1,0 persen dan tidak tahu atau tidak jawab 9,0 persen.
Survei digelar dengan wawancara langsung dalam kurun 1-6 September 2018. Metodologi survei adalah multistage random sampling dengan bertanya kepada warga negara Indonesia yang punya hak pilih dalam pemilu. Jumlah responden 1.220 orang. Margin of error survei kurang-lebih 2,9 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen. (erd/erd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini