Abdussalam (50) mengaku terinspirasi setelah melihat songkok yang terbuat dari anyaman kain. Ia kemudian mencoba memanfaatkan rumput otok yang banyak ditemukan di hutan.
"Awalnya hanya iseng dan coba-coba, karena rumput otok ini gampang kami dapatkan di sekitar hutan," kata Abdussalam kepada detikcom, Sabtu (22/9/2018).
Menurut warga Ngasem Lemahbang, Kecamatan Ngimbang ini, pembuatan songkok dari rumpuk otok sangatlah muda. Pertama, rumput otok yang didapat dari hutan dijemur hingga kering dan setelah kering dipotong-potong kecil dan memanjang.
![]() |
"Setelah menjadi potongan kecil-kecil memanjang kemudian dirangkai menggunakan pola yang sudah disiapkan hingga menjadi songkok," ujarnya.
Tak disangka, banyak yang berminat dengan songkok buatannya karena hasilnya bagus. Dalam sebulan, Abdussalam dapat mengerjakan 30 songkok dan dijual dengan Harga Rp 100 ribu. Ia mengaku omzetnya diperkirakan mencapai Rp 3 juta, tetapi kadang tak tentu karena songkok ini dikerjakan di sela-sela pekerjaan utamanya sebagai petani.
Biasanya, lanjut Abdussalam, songkok Otok buatannya dipasarkan melalui pondok pesantren atau memanfaatkan musim haji.
![]() |
"Saya juga menerima pesanan kopyah Otok dengan model lain sesuai keinginan," ungkap Salam.
Potensi songkok buatan Abdussalam juga dilirik oleh Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Lamongan sejak tahun 2017. Dalam sejumlah acara, songkok Otok selalu dipamerkan.
"Kami juga membawa produk kopiah Otok ini ke Lamongan-Mart. Kopiah ini nyaman dipakai dan lain dari yang lain," ungkap Anang Taufik, Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Lamongan.
Saksikan juga video 'Siasat Pengrajin Tempe Lamongan Hadapi Kenaikan Harga Kedelai':
(lll/lll)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini