Kondisi dialami oleh para petani maupun warga di Desa/Kecamatan Pule, Trenggalek. Hamparan sawah yang biasanya mengandalkan pasokan air dari Embung Tambong kini dibiarkan kering, tanpa ada tanaman padi maupun tanaman palawija di atasnya.
Salah seorang warga, Imam Ma'ruf, mengatakan saat ini kondisi debit air di Embung Tambong menyusut drastis, air yang bisanya mencapai kedalaman 7 meter saat ini tinggal 1,5 meter. Sehingga sama sekali tidak dapat digunakan untuk memasok kebutuhan irigasi pertanian.
"Sekarang sawahnya ya dibiarkan saja, karena mau ditanamai padi tidak bisa, mau ditanami palawija juga tidak bisa, kan sama-sama butuh air," kata Imam Ma'ruf, Sabtu (15/9/2019).
Selain berdampak pada lahan pertanian, kondisi penurunan debit air embung juga berdampak langsung terhadap pasokan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari warga. Warga juga tidak bisa memanfaatkan air embung yang tersisa.
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, warga sekitar harus memasang selang air hingga radius 1 kilometer untuk disalurkan ke air sungai dan mata air yang ada di atas Embung Tambong.
"Kalau di atas sebetulnya masih ada air, tapi ya itu kondisinya memang sudah turun drastis, kemudian oleh warga langsung disedot pakai selang air ini," jelasnya.
Lebih lanjut Imam menjelaskan, keberadaan embung di desanya seakan tidak membawa dampak besar terhadap pasokan air pertanian maupun untuk kebutuhan rumah tangga karena setiap tahun terus mengalami kekeringan.
"Embung ini dibangun sejak 2013, tapi kalau musim kemarau ya seperti ini, tidak bisa dimanfaatkan juga. Apalagi saat ini embungnya ada yang bocor," jelasnya.
Hal senada disampaikan warga lain Warso, menurutnya kekeringan di wilayahnya terus menerus berulang, pihaknya berharap ada langkah konkrit dari pemerintah daerah maupun provinsi untuk mengatasi hal tersebut. Mengingat terhentinya aktivitas pertanian cukup mempengaruhi sumber ekonomi warga.
"Sebetulya kalau di sisi hulu itu ditata, saya yakin air itu masih bisa sampai ke embung. Karena apa, saat ini warga langsung ambil air dari hulu dengan selang, sehingga air itu habis dan tidak bisa mengalir lagi ke embung," jelas Warso.
Menurutnya, apabila kawasan hulu dilakukan penataan dengan membagi antara pasokan air untuk rumah tangga dan irigasi, pihaknya optimistis beberapa lahan pertanian masih bisa berproduksi. "Kalau seperti ini ya mati, sawah kering semua," imbuhnya.
Anjloknya debit air juga terjadi di Embung Suruh, Trenggalek. Tempat penampungan air tersebut saat ini nyaris kering, bahkan sisa air yang ada tidak mampu lagi mengalir ke salurah irigasi. Meski demikian masyarakat sekitar nekat memanfaatkan sisa air embung untuk memenuhu kebutuhan sehari-hari dengan cara menyedot menggunakan selang air.
Tonton juga 'Mentan dan Bulog Pastikan Stok Beras di Musim Kemarau Aman':
(bdh/bdh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini