"Pertama di Sarkem (Pasar Kembang) Yogya, tahun 2000-an, awalnya tiap malam Jumat saya salat tahajud di sebuah musala di sana, ada itu musala. Saya sempat diancam 'penguasa' di sana, intinya jangan macam-macam di Sarkem," kata Gus Miftah saat ditemui wartawan di Ponpes Ora Aji, Sleman, Rabu (12/9/2018).
Namun setelah menyampaikan maksud dan tujuannya, akhirnya dia diizinkan berdakwah di Sarkem. "Ya saya sampaikan visi misi saya, ada curhatan penghuni ingin ikut kajian agama, tapi bingung tidak ada tempat," ujarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Waktu itu beberapa pihak juga sempat bertanya kepada dirinya, apakah pekerja Sarkem dan klub malam mau bertobat.
"Saya jawab bagi saya hidayah butuh dijemput, dan kalau hidayah itu datang, bukan karena saya, tapi Allah menghendaki dia bertobat. Apakah ada (hidayah)? Insyaallah ada," terangnya.
Saat ini, kiai berusia 37 tahun itu rutin menggelar kajian hampir di seluruh klub malam dan tempat hiburan di Yogya. Gus Miftah menegaskan dakwahnya bukan bermotif materi.
"Saya biaya sendiri, transport, konsumsi, bahkan saya juga di beberapa tempat bawain mukena, alquran, sajadah. Tidak ada donatur," jelasnya. (sip/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini