"Saat tanah digali pakai alat berat, ada batang kayu di dalam tanah. Setelah diangkat, ternyata dua batang pohon besar, diduga jenisnya jati, panjangnya sekitar 15 meter," kata warga setempat, Sigit Prawoto (46) kepada wartawan, Sabtu (8/9/2018).
Setelah diangkat dari galian tanah sedalam 2,5 meter, dua batang kayu itu sempat ada yang menawarnya seharga Rp 160 juta. Namun warga memilih berkoordinasi lebih dulu dengan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Yogyakarta. Hal itu karena lokasi penemuan batang kayu hanya berjarak sekitar 500 meter dari situs Candi Kedulan.
"Setelah diteliti BPCB, batang pohon itu diduga ekofak, berusia ratusan tahun. Warga sepakat setelah penelitian selesai akan dilelang minimal Rp 500 juta untuk biaya pembuatan kolam dan jalan," jelasnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Diungkapkannya, jika betul merupakan ekofak, diperkirakan batang kayu itu tertimbun bersamaan dengan peristiwa erupsi Gunung Merapi yang mengenai Candi Kedulan. Tercatat tiga kali situs arkeologi itu terkena dampak erupsi Merapi, yakni tahun 1060, 1175, dan 1445.
"Minggu depan mungkin sudah bisa dilihat hasilnya. Yang jelas (batang) itu terkena (bekas material) lahar (Merapi), mungkin bersamaan dengan peristiwa Candi Kedulan," jelasnya.
Ari menambahkan jika hasil penelitian nanti menyimpulkan termasuk ekofak, maka sebagian batang kayu bisa dilestarikan untuk kepentingan penelitian dan edukasi. "Sebagian juga bisa dimanfaatkan penemu," pungkasnya. (bgs/bgs)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini