"Ini kan negara demokrasi, jadi saya rasa sah-sah saja apabila ada publikasi yang mendukung calon tertentu," ungkap politikus PDIP Charles Honoris dalam perbincangan, Sabtu (1/9/2018).
Meski begitu, Charles mengingatkan ada ketentuan dalam produksi jurnalistik. Dari mengedepankan kode etik jurnalistik hingga konten yang harus netral.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Apabila publikasi tersebut adalah produk jurnalistik, tentunya ada aturan dan kode etik jurnalistik yang harus diikuti. Jangan menyebarkan fitnah, hoax, dan ujaran kebencian," jelas Charles.
Anggota Komisi I DPR itu kemudian menyinggung soal kasus Obor Rakyat. Tabloid Obor Rakyat saat Pilpres 2014 menulis isu Presiden Joko Widodo aktivis PKI dan anak Tionghoa.
![]() |
Dewan Pers menyimpulkan tabloid Obor Rakyat bukan produk jurnalistik. Aktor intelektual tabloid itu, Setiyardi dan Darmawan Sepriyosa, akhirnya divonis 8 bulan penjara karena terbukti mencemarkan nama baik Jokowi.
Tabloid bernada provokatif tersebut dituding dibuat oleh pendukung Prabowo Subianto, yang pada Pilpres 2014 berpasangan dengan Hatta Rajasa. Charles mengingatkan pembuat Independent Observer berkaca dari kasus Obor Rakyat.
"Ingat kasus Obor Rakyat. Segala hal ada konsekuensi hukumnya," jelasnya.
Seperti diketahui, sebuah koran propaganda berbahasa Inggris dengan nama 'Independent Observer' ramai diperbincangkan. Koran itu diduga diterbitkan kubu Prabowo-Sandiaga untuk melawan Jokowi-Ma'ruf Amin.
Baca juga: Obor Rakyat yang Menghantui Pilpres |
Dari foto koran yang dilihat detikcom, headline koran tersebut bertulisan 'New Hope Vs Unfulfilled Promises' (Harapan Baru Vs Janji-janji yang Belum Terpenuhi). Dua ilustrasi pasangan capres dan cawapres, Prabowo-Sandiaga dan Jokowi-Ma'ruf, juga tampak menghiasi headline koran itu. Gambar koran yang diduga untuk propaganda itu pun kemudian menyebar melalui broadcast aplikasi WhatsApp.
Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani mengakui koran Independent Observer memang diterbitkan oleh sekelompok orang yang memiliki kedekatan dengan sang ketum, Prabowo. Namun ia menegaskan koran tersebut tak terafiliasi dengan Gerindra.
"Ya memang ada beberapa sekelompok orang dekat dengan Pak Prabowo mencoba membuat penerbitan itu setahu saya," ujar Muzani saat dimintai konfirmasi, Jumat (31/8).
Tonton juga 'Megawati dan Ma'ruf Amin Hadiri Rakornas PDIP':
(elz/fdn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini