Ternyata tak hanya sederhana, keluarga ini juga tak punya tempat tinggal. Menurut ibu Yudis, Indah, rumah yang mereka tempati saat ini adalah milik modin atau perangkat desa setempat yang bernama Muslih.
"Ini rumah pak modin. Sudah hampir setahun (tinggal, red). Sebelumnya tinggal ikut orang tua saya di desa sebelah," ujar Indah kepada detikcom di rumah yang terletak di Desa Gulun, Kecamatan Maospati tersebut, Jumat (31/8/2018).
Dengan kemurahan hati Muslih, keluarga kecil ini diperbolehkan tinggal di rumah berukuran 5x10 meter itu dengan perabotan seadanya. Namun rumah itu telah dilengkapi dengan dapur dan kamar mandi. Ruang tamunya pun sudah beralaskan keramik.
Di sini pulalah wanita berusia 27 tahun ini kerap menggelar tikar agar Yudis bisa berbaring dan merasakan udara segar. Sebab sejak lumpuh, Yudis praktis tak pernah keluar rumah.
"Alhamdulilah pak Modin baik. Ini rumah suruh nempati gratis. Ini soalnya daripada suami pulang pergi kerja jauh suruh nempati," ujarnya.
Kendati demikian, di Kartu Keluarga dan KTP Indah tercantum domisili aslinya adalah di Desa Tanjungsepreh, Kecamatan Maospati.
Namun secara kebetulan desa tempat keluarga Yudis tinggal saat ini berada di kawasan sentra industri genteng. Di situlah keluarga ini menggantungkan nasibnya. Ayah tiri Yudis, Imam (28) bekerja sebagai kuli angkut genteng dengan penghasilan Rp 45 ribu sehari.
Sebelum menikah dengan Imam, Indah juga pernah bekerja kepada seorang juragan genteng dengan membantu mencetak genteng atau buruh cuci untuk tetangga di sekitarnya. (lll/lll)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini