Kala itu, Soeharto meminta Habibie yang telah belajar di Jerman mengenai pembuatan pesawat terbang untuk pulang ke Indonesia dan membuat pesawat untuk Indonesia. Pada waktu itu, Habibie melayangkan beberapa pertanyaan kepada Soeharto.
"Saudara, waktu saya ketemu Pak Harto saya tanya dia, 'jawab dulu pertanyaan saya', kata beliau 'silakan apa?'. Pertama, 'kenapa Bung Karno diperlakukan demikian?' Dia jelaskan tidak ada yang sempurna, kamu nggak sempurna, saya dan Bung Karno juga nggak sempurna, kalau saya lepaskan akan ada situasi yang tidak baik, saya bilang oke saya bisa mengerti, dan ada lagi pertanyaan berikutnya yang beliau jawab," ujar Habibie dalam peluncuran buku BPPT di Auditorium BPPT, Jl. MH Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (23/8/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Habibie juga menjelaskan alasannya bertemu dengan Soeharto karena ingin membicarakan hal mengenai lembaga yang akan dibentuk dalam mengkoordinir teknologi dan penerbangan.
"Jadi maksud saya ketemu Pak Harto dalam hal itu saya juga bicara atas nama yang saya koordinir dalam bidang penerbangan dan terpapar bukan saja dari Jerman," kata dia.
Dari pertemuan itulah, Habibie tercetus ide bahwa perlu adanya lembaga yang mengatur mikro ekonomi. Maka, lahirlah BPPT dan disetujui oleh Soeharto kala itu.
"Maka kita buat suatu organisasi secara ilmiah dan pragmatis berdasarkan keperluan di pasar, lahirlah malam itu, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi," ucapnya.
![]() |
Dia pun menjelaskan perbedaan antara BPPT dan Bapennas. Namun, kedua lembaga itu saling bersinergi dan melengkapi.
"Saya sampaikan BPPT adalah mikro ekonomi, mikro ekonomi nggak bisa dipisahkan dengan teknologi dan Bapennas adalah makro ekonomi. Jadi saya sampaikan makro ekonomi seperti nge-rem supaya mikro ekonomi itu terarah bangsa Indonesia. Rem, gas, dan supir adalah Presiden RI," pungkasnya.
Tonton juga video: 'Pesan B.J. Habibie untuk Denny Sumargo dan Dita Soedarjo'
(zap/ams)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini