Proses ini digelar di salah satu sudut Magangan, Keraton Yogyakarta, Minggu (19/8/2018).
Putri ke 3, Sri Sultan Hamengku Buwono X, GKR Maduretno memimpin jalanya tradisi tumplak wajik. GKR Maduretno menuju ke Magangan bersama dengan para abdi dalem keraton. Selama pelaksanaan prosesi, dibunyikan gejlok lesung oleh abdi dalem kanca abang. Gejlok lesung dibunyikan sebagai simbol mengusir kejahatan agar tidak mengganggu pelaksanaan prosesi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di Keraton Yogyakarta, tradisi gerebeg dilaksakan 3 kali dalam setahun. Yaitu saat Maulid Nabi atau gerebeg Mulud, Gerebeg Syawal/Idul Fitri dan Gerebeg Besar saat Idul Adha. Setiap akan dilaksanakan gerebeg itulah diadakan prosesi tumplak wajik.
Abdi Dalem Widyobudaya Kraton Yogyakarta, KRT Rinta Iswara mengatakan tumplak wajik dilaksakan H-3 menjelang grebeg dalam hitungan Jawa. Pada gerebeg besar yang akan dilaksanakan pada tanggal 22 Agustus besok, Keraton Yogyakarta akan mengeluarkan 7 buah gunungan. 5 gunungan yaitu gunungan Lanang, gunungan Wadon, Gepak, Darat dan Pawuhan dibawa ke Masjid Gede. Kemudian 2 gunungan lainya dibawa ke Kadipaten Puro Pakualaman dan ke Kepatihan Yogyakarta.
"5 itu yang reguler, kalau yang 2 itu tambahan," kata KRT Rinta Iswara di Magangan Kraton.
Pada prosesi tumplak wajik ini juga ada tradisi mengoleskan Bengle yang merupakan parutan empon-empon berwarna kuning. Bengle ini yang dinanti oleh warga yang melihat prosesi tumplak. Bengle yang digunakan untuk prosesi ini diyakini sebagian warga bisa menyembuhkan penyakit.
Tonton juga video: 'Bergaya dengan Perpaduan Modern dan Tradisional Pakai Kain Lurik'
(bgs/bgs)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini