"Jadi modusnya datang mengaku sebagai anggota KPK dengan mengecek apakah disitu ada bantuan hibah, atau dana bantuan pemerintah. Sasarannya kelompok ternak," kata Kapolres Bantul AKBP Sahat M Hasibuan di Mapolres Bantul, Rabu (15/8/2018).
Untuk meyakinkan korban, Risdiyanto selalu membawa SK pengangkatan sebagai anggota KPK. Lalu, dia juga membawa lencana lembaga antirasuah tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu yang menjadi korban adalah kelompok ternak di wilayah Sedayu yang diketuai Kadri (42). Kadri diancam kecurangan yang dilakukan kelompok ternaknya akan diusut oleh lembaga antirasuah KPK.
"Kejadian ini tanggal 14 Juni (2018) di wilayah Sadayu. Terkait kronologis kejadiannya, jadi awalnya tahun 2011 ini kelompok ternak di Sedayu itu mendapatkan hibah dari pemerintah pusat sebesar Rp 500 juta," ucapnya.
"Kemudian ini (dana hibah) dibelikan sapi sebanyak 68 ekor, kemudian saudara RS (Risdiyanto) ini mendatangi di wilayah Sedayu. Datang ke sana mengecek di lapangan, bahwa dari 68 ekor sapi ini hanya tinggal 40 ekor," lanjutnya.
Ternyata sebagian sapi di kelompok ternak tersebut telah dijual dan sebagian mati. Lantas, Kedri diminta datang ke kantor KPK abal-abal di wilayah Sadayu, Bantul. Di kantor KPK abal-abal tersebut Kadri diintrogasi.
"Akhirnya tiga kali dipanggil, disitulah ada kesempatan untuk bernegosiasi. Pertama datang, kedua dan ketiga (ada kesepakatan negosiasi). Untuk menutup kasusnya ini dimintalah uang sebesar Rp 10 juta, tetapi disanggupi Rp 1,5 juta," jelasnya.
Tak hanya itu, Risdiyanto juga diminta mengembalikan kerugian negara Rp 36 juta. Sebagai tanda bukti anggota KPK gadungan tersebut menyertakan kwintansi beserta tanda terima. (mbr/mbr)