Kejamnya Jepang Siksa Romusa Bangun Rel 220 Km Riau-Sumbar (1)

Kejamnya Jepang Siksa Romusa Bangun Rel 220 Km Riau-Sumbar (1)

Chaidir Anwar Tanjung - detikNews
Selasa, 14 Agu 2018 16:43 WIB
Di jl Sudirman (depan Hotel Furaya) dulunya merupakan terminal kereta api. (chaidir/detikcom)
Pekanbaru - Penjajah Jepang mempekerjakan romusa dari tahun 1942 hingga 1945 di Riau. Ribuan rakyat dipekerjakan secara sadis dan biadab membangun rel kereta api menghubungkan ke Sijunjung, Sumatera Barat (Sumbar). Para pekerja romusa juga dijuluki 'mayat berjalan'.

Banyak masyarakat tidak mengetahui jika di Riau pernah ada perkeretapian. Jalur kereta api ini membentang dari kota Pekanbaru, menuju ke Kampar Kiri, Kampar yang menghubungkan ke Sijunjung Sumatera Barat sepanjang 220 Km.


Pembangunan jalur kereta api ini dimulai dari tahun 1942, ketika Jepang memenangkan peperangan kala itu. Jepang datang ke Riau dalam rangka memperkuat basis militernya di darat dan laut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Basis militer daratnya, berpusat di Bukittinggi Sumbar. Sedangkan basis angkatan lautnya ada di Singapura. Militer Angkatan Laut Jepang sangat membutuhkan pasokan bahan baku batu bara sebagai bahan bakar kapal.

Dari sinilah, mengapa Jepang harus membangun rel kereta api di Riau. Ini karena, kebutuhan pasokan batu bara untuk kapal perangnya di Singapura.

Jalan satu-satunya untuk mempermudah pasokan bahan baku, Jepang harus menyambungkan rel kareta api di Sijunjung hingga ke Riau.

Kawasan di Sumatera Barat kala itu penghasil batu bara. Jalur kereta api dari Sijunjung dibangun hingga ke kawasan tepi Sungai Siak yang saat ini lokasi di kawasan pusat kota Pekanbaru.


Pembangunan rel kereta api ini, dimulai dari tahun 1942, dan bisa selesai hanya dalam kurun waktu satu tahun. Untuk membangun rel kereta api ini, ribuan masyarakat Indonesia dipekerjakan di jalur tersebut.

Sebagian besar didatangkan dari Jawa, dari Riau dan Sumatera Utara. Mereka bekerja siang dan malam tanpa hentinya untuk pembangunan rel tersebut. Pekerja romusa ini nasibnya sungguh tragis. Mereka dipekerjakan membangun rel kereta api tanpa diberi makan yang layak.

"Para pekerja diberi makan sedikit saja, tapi kerjanya sangat berat. Banyak rakyat kita mati di pembangunan rel kereta api itu," kata pakar sejarah Riau, Prof Suwardi MS dalam perbincangan dengan detikcom, Selasa (14/8/2018).

Kejamnya Jepang mempekerjakan pembangunan rel kereta api dalam kerja romusa, ibarat 'mayat berjalan'. Mereka dipekerjakan secara tak manusiawi. Mereka dipaksa kerja untuk segera menyelesaikan jaringan rel kereta api.

"Kejam sekali Jepang kala itu. Makanya kita juga menyebutnya para pekerja romusa itu seperti mayat berjalan. Hari-harinya hanya kerja, tanpa diberikan makanan yang layak. Kalau yang tak rajin kerja, tak mereka kasih makan. Rakyat kita hidup dalam penderitaan," kata Prof Suwardi mantan Pembantu Rektor I Universitas Riau itu.

Kejamnya Jepang, dalam waktu kurun waktu setahun saja, dia mampu membentangkan rel sepanjang 220 Km. Pembangunan rel yang penuh luka, derita dan darah itu, akhirnya selesai tahun 1943. Begitu pembangunan selesai, kereta api membawa batu bara dari Sumbar akhirnya sampai di Pekanbaru.

Kala itu, kereta api barang mengumpulkan batubara di tepi Sungai Siak di Pekanbaru. Lewat perairan sungai Siak, batubara lantas dibawa dengan kapal untuk memasok kapal perang Jepang yang ada di Singapura.


Tonton juga video: 'Menelusuri Jejak Jembatan, Jalur, dan Stasiun Rel Peninggalan Belanda'

[Gambas:Video 20detik]

(cha/asp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads