Charta Politika: Ma'ruf Amin Pilihan Realistis Jokowi dan Parpol

Charta Politika: Ma'ruf Amin Pilihan Realistis Jokowi dan Parpol

Bagus Prihantoro Nugroho - detikNews
Kamis, 09 Agu 2018 18:21 WIB
Ma'ruf Amin di Istana. (Bagus/detikcom)
Jakarta - Setelah menguat nama Mahfud Md untuk mendampingi Presiden Jokowi pada Pilpres 2019, tiba-tiba ada perubahan di menit-menit akhir menjelang deklarasi. Sekjen PKB Abdul Kadir Karding menyebut bakal cawapres Jokowi adalah Ketum MUI KH Ma'ruf Amin.

"Apa ini pilihan terbaik? Ini bukan pilihan terbaik buat Jokowi, tapi ini mungkin terbaik buat partai-partai," kata Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya saat berbincang dengan detikcom, Kamis (9/8/2018).



SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Yunarto melihat dari sisi elektabilitas, bisa dibilang Ma'ruf memiliki kelemahan. Tetapi Ma'ruf lebih dipandang sebagai simbol ulama.

"KH Ma'ruf ini memiliki variabel yang kuat dari sisi, tentu saja, paling dianggap simbolik secara harfiah mewakili MUI. Beliau memang adalah seorang ulama yang dianggap sepuh," ujar Yunarto.

Menurut pandangan Yunarto, sosok Ma'ruf akan dianggap sulit oleh lawan politiknya, yang juga berusaha menggaet pemilih dari kalangan umat. Terlebih lawan Jokowi nantinya adalah Prabowo Subianto, yang bakal berpasangan dengan Sandiaga Uno.

"Ini pilihan realistis, pertama buat partai ketika melihat Prabowo memilih Sandiaga Uno, yang dua-duanya dianggap tak bisa merepresentasikan kekuatan Islam. Jokowi kemudian mengambil celah itu. Ma'ruf Amin dianggap mewakili celah Islam. Jadi sekarang yang dianggap memiliki simbol umat yang kuat justru Jokowi. Ini sikap paling realistis, merespons pertimbangan terakhir Prabowo yang akhirnya memilih Sandiaga Uno," kata Yunarto.

Faktor berikutnya adalah soal menuju Pilpres 2024. Figur Ma'ruf dinilai oleh partai pendukung Jokowi tak memiliki ambisi untuk Pilpres 2024. Ma'ruf boleh jadi merupakan jalan tengah, sehingga parpol koalisi tak 'menitipkan' kadernya pada Pilpres 2019.

"Kelemahannya, elektoral bahwa Ma'ruf tidak memiliki narasi besar di bidang pemerintahan, tidak memiliki narasi besar sebagai tokoh populis. Beda dengan Mahfud, bagaimana kemudian orang, bagaimana Jokowi tak bisa dilengkapi kekuatan elektoralnya dengan sosok Ma'ruf," papar Yunarto.

Menurut Yunarto, Jokowi perlu memberikan penjelasan ekstra kepada para pendukungnya ketika memilih Ma'ruf. Terlebih, sebagai Ketum MUI, Ma'ruf pernah mengeluarkan fatwa yang kemudian mendorong aksi 411 hingga 212.

"Kalau lawannya masih Prabowo, pemilih Jokowi tak akan kabur. Tapi butuh penjelasan ekstra ketika membandingkan sosok Mahfud dengan Ma'ruf, kalau dikaitkan dengan pemilih Pilkada DKI yang melihat Mahfud sebagai netral, bisa diterima pendukung Jokowi karena lawannya adalah Prabowo, tak sampai menggeser dukungan," ujar Yunarto. (bag/tor)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads