Pro-Kontra Arahan Jokowi ke Relawan

Pro-Kontra Arahan Jokowi ke Relawan

Andhika Prasetia, Tsarina Maharani, Noval Dhwinuari Antony, Dwi Andayani - detikNews
Selasa, 07 Agu 2018 07:53 WIB
Jokowi dalam Rapat Umum Relawan Jokowi. Foto: ANTARA FOTO/Arif Firmansyah
Jakarta - Arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk relawan pendukungnya menuai pro dan kontra. Jokowi pun meminta pernyataannya disimak secara utuh, tak sepotong-sepotong.

"Siapa yang ngomong? Ditonton yang komplet dong. Saya kan sampaikan aset terbesar kita adalah persatuan, kerukunan. Oleh sebab itu jangan sampai membangun kebencian, saling mencela, saling menjelekkan, saya sampaikan itu. Coba dirunut dari atas, jangan diambil sepotongnya saja, nanti enak yang komentari kalau seperti itu. Dilihat secara keseluruhan, konteksnya kan kelihatan," ujar Jokowi seusai meresmikan venue berlayar dan jetski untuk Asian Games di kawasan Ancol, Jakarta Utara, Senin (6/8/2018).



SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Arahan Jokowi itu disampaikan dalam Rapat Umum Relawan Jokowi di SICC, Sentul, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (4/8). Sebagian pidato Jokowi memang disampaikan secara terbuka, kemudian sebagian lainnya tertutup.

Video potongan pidato Jokowi itu kemudian beredar luas di media sosial. Pernyataan yang ramai jadi pro-kontra adalah soal 'berantem', berikut kutipannya:

Jangan bangun permusuhan, jangan membangun ujaran kebencian, jangan membangun fitnah-fitnah, tidak usah suka mencela, tidak usah suka menjelekkan orang. Tapi kalau diajak berantem juga berani. Tapi jangan ngajak lho. Saya bilang tadi, tolong digarisbawahi. Jangan ngajak. Kalau diajak, tidak boleh takut.

Pernyataan itu langsung menuai kontroversi. Tentu saja kubu yang mendukung Jokowi membelanya, kemudian kubu yang berlawanan mengkritik pernyataan tersebut. Kadiv Advokasi dan Bantuan Hukum Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean bahkan meminta Jokowi untuk meminta maaf.

Hingga 2 hari setelah Jokowi memberi arahan, pernyataan soal 'berantem' masih jadi perbincangan. Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai pernyataan Jokowi wajar.



"Artinya kalau Anda diserang mesti mempertahankan diri kan. Masa diserang saja tidak mau mempertahankan diri?" ujar JK di kantor MUI, Jakarta Pusat.

Mendagri Tjahjo Kumolo juga meminta pihak yang mengkritik arahan Jokowi untuk mendengarkan secara utuh. Menurut Tjahjo, jika pernyataan itu didengar secara utuh tak mengarah pada kekerasan.

Sekjen Gerindra Ahmad Muzani menilai pernyataan Jokowi tak mencerminkan kepala negara. Muzani menilai wajar jika terjadi perbedaan, namun seharusnya pernyataan Jokowi tak seperti itu.

"Tentu aja perbedaan itu ada. Tapi ketika kemudian presiden menyatakan kalau diajak berantem harus berani, saya kira ini sangat menyesalkan. Karena itu bukan ajakan dari pemimpin kepala negara yang mempersatukan, yang menyejukkan dalam suasana tahun politik ini," kata Muzani di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (6/8).

Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah bahkan meminta Jokowi untuk belajar berpidato. Menurut Fahri, Jokowi seharusnya berpidato yang membuat orang terpukau.

"Pak Jokowi harus mulai pidato sebagai negarawan yang membuat kita semua terpukau. Kegagalan narasi pemerintahan ini dari awal itulah yang merusak bangsa Indonesia," kata Fahri.

Fahri lantas menyebut Jokowi mengadu domba rakyat sendiri. Dia membandingkan dengan pidato Bung karno.

Sementara itu dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti kata berantem adalah berkelahi; bertengkar; bertinju. Kata 'berantem' merupakan cakapan.

Untuk kata 'berkelahi' sendiri berarti bertengkar dengan disertai adu kata-kata atau adu tenaga. Sedangkan arti kata 'bertengkar' adalah berbantah; bercekcok. (bag/dnu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads