Hal itu dirasakan Ikhwan Erwantoro (65), pengrajin Garuda Pancasila di Dusun Mambang, Desa/Kecamatan Diwek, Jombang. Dibantu istrinya Setiawati (64), Ikhwan mengaku telah menekuni bisnis kerajinan ini sejak tahun 1992.
Di rumah sekaligus bengkel kerjanya, Ikhwan mengaku tak membuat lambang negara tersebut dari nol. Biasanya ia mendapatkan pasokan bahan setengah jadi berupa kayu yang sudah dopotong membentuk burung Garuda dari Mojokerto.
Kendati begitu, butuh waktu lama untuk memoles kayu tersebut menjadi Garuda Pancasila yang cantik, termasuk ketelitian yang tinggi. Sebab bahan setengah jadi itu harus dihaluskan ulang, dilem ulang, dipasangi simbol-simbol Pancasila dan dicat sesuai warna asli lambang NKRI tersebut.
![]() |
"Proses paling lama pengecatan harus tiga kali, pemasangan simbol Pancasila dan membuat tulisan Bhinneka Tunggal Ika," kata Ikhwan kepada wartawan, Senin (6/8/2018).
Sebulan sebelum peringatan 17 Agustus, Ikhwan mengaku kebanjiran pesanan dari Jakarta dan Jombang sendiri. Menurutnya, pemesan rata-rata merupakan pedagang musiman pernak-pernik HUT Kemerdekaan RI.
Jika sebelumnya Ikhwan rata-rata hanya memperoleh pesanan 12 kodi atau 240 buah Garuda Pancasila dalam sebulan, saat ini pesanannya mencapai 15 kodi atau 300 buah.
"Permintaan naik 25 persen dari hari biasa. Lumayan untuk kebutuhan sehari-hari sama kuliahkan cucu," ungkapnya.
Harga Garuda Pancasila buatan Ikhwan dipatok beragam, tergantung ukuran dan ukirannya. Untuk ukuran, dia membuat mulai setinggi 30 cm hingga 1 meter. Harga paling murah untuk lambang negara ini mencapai Rp 75 ribu.
"Paling mahal Rp 1,5 juta untuk Garuda Pancasila yang tingginya 1 meter. Karena ukirannya timbul," tutupnya. (lll/lll)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini