Bangunan undakan berupa candi tersebut berada di lahan milik Sutopo (66), yang masuk wilayah Duduhan RT 05/RW 05, Kelurahan Mijen, Kecamatan Mijen, Kota Semarang. Di lahan yang ditanami pohon durian dan mahoni tersebut terdapat gundukan. Adapun gundukan tersebut berupa bangunan yang dengan bahan batu bata.
"Dulunya di gundukan itu ada Arca Ganesha yang pernah hilang. Sekarang arca tersebut berada di Museum Ronggowarsito Semarang," kata Sutopo di sela-sela ekskavasi, Kamis (2/8/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Sekarang lokasi ekskavasi lebih luas," katanya.
Agus Sianto Indra Jaya dari PPAN mengatakan, kegiatan telah dilakukan sejak tanggal 25 Juli hingga tanggal 5 Agustus 2018. Sedangkan yang dilakukan sekarang ini merupakan kelanjutan penelitian pada tahun 2015.
"Pada tahun 2015 yang lalu hanya baru ketemu candi induknya yang berukuran 9,3 x 9,3 meter. Kita cek di sebelah timur, memang benar ada gejala sebagai pintu masuk candinya," kata Agus di sela-sela melakukan kegiatan ekskavasi.
"Pintu masuk sebelah timur, kemudian dicek sebelah timurnya ada tiga Candi Perwaranya. Kita gali ada tiga Candi Perwara yang kira-kira ukurannya cukup besar 5,4 x 5,4 meter," katanya.
Berdasarkan candi tertinggal, katanya, sifatnya Siwaistik dan diperkirakan dibangun sekitar abad IX Masehi. Selain itu, masih berada di kampung tersebut ada juga batu persajian.
"Ini jelas Candi Hindu karena ada Ganesha di Museum Ronggowarsito. Ada yoni juga yang sekarang di rumah penduduk. Saya kira ini jelas Hindu, polanya seperti satu candi induk dengan tiga candi perwara itu seperti Prambanan, juga begitu kan. Kedulan, Ijo, satu candi induk, tiga candi perwara," tutur Agus.
![]() |
Saat ini, pihaknya masih berupaya mencari pagar keliling. Mengingat yang ditemukan sekarang baru berupa candi induk dan tiga candi perwara.
"Candi ini berfungsi untuk pemujaan pada masa Mataram Kuno," kata dia.
Saat ini yang tersisa, katanya, tinggal berupa pondasi, sedikit kaki candi dan lantai, sedangkan bangunan badannya ke atas belum diketahui.
Sementara itu, Veronique Degroot dari Lembaga Penelitian Prancis untuk Asia Timur menambahkan, sudah lama bekerja sama dengan PPAN, sejak tahun 1976 sampai sekarang.
"Hampir setiap tahun ada kerja sama dengan proyek berbeda-beda," katanya.
Adapun di Situs Duduhan, katanya, telah kedua kali datang, pertama pada tahun 2013 saat melakukan survei dan selanjutnya dilakukan penggalian oleh Puslit pada tahun 2015 yang lalu.
"Kita merasa belum selesai informasi masih kurang, kita pikir kalau ada tahap dua. Ekskavasi tahap kedua ini kelihatannya masih kurang informasinya," tuturnya.
Pengalian yang dilakukan, tuturnya, sejauh ini baru mencapai sekitar 25 persen untuk bagian candinya. Sedangkan untuk luas situsnya sendiri belum diketahuinya.
"Kalau dari situsnya belum tahu berapa luasnya karena harus dapat pagar kelilingnya. Sampai sekarang tempat ini yang suci, untuk pemukiman zaman kuno belum dapat," tuturnya. (bgs/bgs)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini