Dalam diskusi tersebut, Rommy mengenang aktivitasnya yang sering berdiskusi berbagai hal di Masjid Salman, khususnya di bidang keislaman. Oleh karenanya, dia tidak melewatkan kesempatan berdiskusi dengan pengurus masjid yang masih dikenalnya.
"Saat itu diskusi tentang keislaman di Masjid Salman sudah marak. Tema yang banyak diangkat adalah tentang Islam dan Teknologi serta Ilmu Pengetahuan," kata Rommy, yang pernah menjadi Ketua Lembaga Kemahasiswaan Masjid Salman, dalam keterangan tertulis, Jumat (27/7/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rommy mengatakan, pada zaman Orde Baru, diskusi diawasi dengan ketat, terlebih jika bersinggungan dengan politik. Dia mengatakan mendiang Adi Sasoso, Imaduddin Abdulrahim, Muslimin Nasution dan lainnya pernah melakukan diskusi di sini. Namun diskusi saat itu biasanya dilakukan antarmahasiswa sendiri.
Saat menjadi mahasiswa, Rommy bercerita bahwa dia dikenal pandai ceramah karena dirinya dilahirkan dari keluarga aktivis NU sehingga ia memiliki bekal keagamaan sebelum masuk ke ITB.
Di ITB, Rommy juga sempat menginisiasi berdirinya komisariat Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), organisasi ekstra di bawah NU. Namun karena organisasi mahasiswa internal kampus sangat dominan, organisasi ekstra dari luar kampus seperti PMII tidak mudah berkembang di ITB. Sehingga PMII hanya bertahan selama dua kepengurusan.
Rommy kemudian lebih banyak aktif di Masjid Salman untuk kajian keislaman. Di masjid inilah, kemampuan berorganisasi Rommy semakin terasah.
Tonton juga video: 'LSI Denny JA: Elektabilitas Airlangga Ungguli Cak Imin & Rommy'
(mul/mpr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini