Ketua Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Taman Kili-Kili, Ari Gunawan, mengatakan dari 46 induk penyu menghasilkan 3.384 butir telur. Selanjutnya tim penyelamat penyu melakukan upaya konservasi dengan memindahkan ribuan telur itu ke tempat khusus yang terlindungi, hingga menetas.
"46 Induk penyu itu naik ke Pantai Kili-kili mulai Maret hingga akhir Juli ini, nah khusus untuk Juli kelihatannya masih sedikit, hanya empat induk saja. Mungkin bulan Agustus akan lebih banyak lagi, apalagi sekarang gelombang cukup besar," kata Ari Gunawan, Kamis (26/7/2018).
Proses penyelematan telur penyu tersebut dilakukan secara hati-hati dengan pemantauan rutin dari kelompok penyelamat. Tempat yang digunakan untuk penetasan telur diberikan pagar sehingga bisa mencegah para predator. Hingga kini tercatat, dari 3.384 telur baru 1.500 yang telah menetas, sedangkan sisanya masih dalam penangkaran.
"Kami berusaha semaksimal mungkin melindungi telur ini hingga menetas dan dilepas ke laut lagi, kalau cuaca panas terlalu menyengat, di atasnya juga kami pasang paranet, sehingga suhu terjaga," ujarnya.
Tahun ini, jelas Ari, tingkat keberhasilan penetasan telur penyu di Pantai Taman Kili-kili dinilai cukup baik, bahkan mampu mencapai lebih dari 90 persen. Terbukti pada satu gelombang penetasan telur yang berjumlah 211 butir mampu menetas 209.
"Ini cukup menggembirakan sekali, karena pada tahun-tahun sebelumnya kurang dari itu. Di sisi lain kami juga menerapkan metode yang berbeda, kalau sebelumnya itu misalkan ada ribuan penyu ya kami jadikan satu, tapi sekarang tidak, satu lubang maksimal hanya 50 butir," jelasnya.
Pria yang akrab disapa Gundul ini menjelaskan, saat ini upaya konservasi di Taman Kili-kili dilakukan lebih ketat. Pihaknya tidak melakukan penampungan hingga tukik (anak penyu), melainkan langsung dilepasliarkan setelah menetas.
"Kalau sebelumnya kami tahan dulu hingga maksimal dua bulan baru dilepaskan. Sekarang tidak, karena tukik yang baru menetas itu ternyata memiliki nafsu berenang yang cukup tinggi sehingga akan mudah beradaptasi dengan alam," kata Ari.
Bila dilakukan penampungan selama berbulan-bulan, maka tukik akan terancam menjadi manja dan tidak mampu hidup secara alami. Diharapkan dengan pelepasliaran tukik lebih cepat tersebut mampu beradaptasi dengan habitat aslinya di laut bebas.
"Kalaupun ada yang kami pelihara sementara di sini biasanya yang sakit atau untuk kepentingan edukasi kepada para pengunjung yang datang," ujarnya.
Disinggung terkait gelombang tinggi yang terjadi selama dua pekan terakhir sempat mengakibatkan kerusakan tempat penyimpanan telur penyu. Salah satu bagian pagar jebol dan data jumlah telur serta prediksi yang terpasang di atasnya hilang tersapu ombak.
"Datanya itu semuanya lengkap, jadi setiap lubang kami berikan tanda dengan data yang rinci termasuk kapan waktunya menetas, semuanya hilang kena ombak besar. Tapi tidak masalah ton nantinya mereka akan menetas sendiri dan naik ke permukaan," imbuh pecinta penyu ini. (fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini