"Saya nggak ngerti. Tapi saya setuju Pak JK itu jangan diseret lagi, jangan dipakai-pakai lagi sama orang. Lagi pula Pak JK itu cuma dipakai-pakai kawasan timur, Islamnya dipakai, tapi nyatanya kan nggak ada (perubahan)," kata Fahri di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (23/7/2018). Pernyataan Fahri itu dilontarkan menanggapi pertanyaan soal pengajuan diri JK sebagai pihak terkait dalam gugatan uji materi syarat cawapres.
Fahri mengatakan situasi pada era pemerintahan ini justru kacau. Dia membandingkan dengan pemerintahan Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) selama memimpin dua periode pada 2004-2014.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ada tuh kiai-kiai atau ustaz ditangkap, dipenjara, ada juga penindakan terorisme segala macam, tapi nggak jadi konflik ideologi kayak sekarang," imbuhnya.
Hal ini, kata Fahri, diperparah oleh pernyataan Presiden Joko Widodo yang mengimbau agar agama tidak dicampuradukkan dengan politik. Kemudian ada pula pernyataan dari elite negara lainnya yang membuat bangsa bergejolak.
"Dan Presiden ikut-ikutan, agama jangan dicampur-campur dengan politik, itu kan omongannya Presiden. Ada pidato dari pembesar di negara ini yang mengatakan hari akhirat itu fiksi, katanya kan ngawurnya mereka ini kan," ucap Fahri.
"Ini memang mereka buat sekarang saja penampilannya dihalus-haluskan, sudah nggak bisa. Konfliknya sudah mendalam, kok," sambungnya.
Fahri memprediksi hal ini akan terus berlanjut hingga Pilpres 2019. Hal itu dinilai Fahri menjadi ekstrem andai Pilpres 2019 hanya diikuti dua pasang calon.
"Dan ini akan terjadi lagi di pilpres. Maka saya bilang kalau kubu pilpres itu cuma dua, ini akan keras sekali. Itu waspadalah ini saya nyatakan ini sebagai... waspada bukan mengadu-adu," tandasnya. (tsa/jbr)