"Saya yakin Golkar tidak akan dijauhi," kata Wasekjen Golkar M Sarmuji kepada detikcom, Kamis (19/7/2018).
Bukan tanpa sebab Golkar meyakini partainya tak akan dijauhi. Sebab, selama berkiprah di dunia perpolitikan Indonesia, sudah banyak yang diperbuat partainya untuk bangsa Indonesia, terutama bagi kemajuan umat Islam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apalagi, kata Sarmuji, sejak awal Golkar selalu dikenal sebagai 'partai tengah'. Artinya, Golkar selalu menempatkan agama dalam posisi yang terhormat.
"Bahkan pendiri dan pendukung Golkar banyak yang berbasis pegiat agama," kata Sarmuji.
Sarmuji pun enggan partainya disebut sebagai partai pendukung penista agama. Menurutnya, kasus penistaan agama oleh mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) merupakan insiden di tengah proses pemilihan, bukan sebelum pencalonan.
"Waktu mendukung Ahok, itu dikarenakan karena alasan kinerja yang bersangkutan," katanya.
"Jadi tuduhan mendukung penista agama adalah bentuk kecerobohan. Oleh karena itu, siapa pun hendaklah bersikap adil karena adil lebih dekat kepada takwa," imbuhnya.
PA 212 menyebut ada perintah dari Habib Rizieq Syihab untuk menenggelamkan PDIP. Ada juga perintah untuk memutus hubungan dengan parpol-parpol koalisi PDIP.
"Para ulama telah menginstruksikan untuk menjauhi dan memutus hubungan dengan partai-partai (NasDem, Perindo, Hanura, PPP, Golkar, PKB, dan lain-lain) pendukung penista agama," kata Ketua Divisi Hukum PA 212, Damai Hari Lubis, dalam keterangan tertulis, Kamis (19/7/2018).
PA 212 meminta semua simpatisan dan aktivisnya berupaya menenggelamkan PDIP dkk di Pemilu 2019. Bagi PA 212, partai-partai tersebut adalah pendukung penista agama.
"Sikap kami sudah jelas, PA 212 di bawah komando Habib Rizieq Syihab tidak pernah akan mendukung siapa pun yang diusung kelompok penista agama, apalagi PDIP," ujar Ketum PA 212 Slamet Maarif kepada wartawan, Rabu (18/7) (mae/gbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini