"APBD Kota Surabaya mungkin lebih kecil dibanding tiga kota peraih special mentions tapi kami buktikan jika bisa merubah wajah kota lebih nyaman, bersih bagi warga," tutur Risma di Marina Bay Sands Expo and Convention Center Singapura, Senin (9/7/2018).
Risma juga memaparkan sejumlah keberhasilan Kota Surabaya di antaranya perubahan wajah kampung nelayan yang kumuh menjadi berwarna dan bersih serta program ekonomi kemasyarakatan yang mampu mengangkat perekonomian warga serta penanganan sosial dan anak.
"Mengajak warga kampung untuk berperan aktif dalam lingkungan maupun ekonomi kemasyarakatan menjadi fokus kami menjadikan Surabaya kota milik bersama. Terbukti dengan melibatkan masyarakat secara langsung, kini sudah 6 ribu lebih kelompok ekonomi yang dihasilkan," paparnya.
Risma juga memastikan kelompok ekonomi masyarakat dan pemuda tersebut tidak hanya dilatih tentang produk dan pengelolaan keuangan. "Kami juga pastikan sisi hukumnya dengan mengurus perizinan usaha dan hak paten produk yang dihasilkan warga," lanjutnya.
Untuk pendidikan, Risma juga mengungkapkan jika kota yang dipimpinnya sejak tahun 2008 itu memiliki banyak program beasiswa bagi anak di Surabaya, mulai dari beasiswa pilot, teknik mesin pesawat hingga pramugari. "Kita juga menggandeng universitas untuk memberikan beasiswa berbagai jurusan," tambah Risma.
Usai menerima piagam Lee Kuan Yew City Prize, Risma sempat mengungkapkan isi hatinya. Ia mengaku minder ketika menerima penghargaan bersama tiga kota pemenang special mentions lainnya, di antaranya Kazan, Rusia; Hamburg, Jerman; dan Tokyo, Jepang.
"Minder aku. Lha telu kota iku kota gede-gede. Tapi kan sing nilai menang opo gak yo dudu aku masio pas munggah panggung minder (Saya minder sebab ketiga kota lainnya adalah kota besar. Meski yang menilai bukan saya, tetapi rasa minder itu tetap ada,red)," pungkas Risma. (ze/lll)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini