Hal itu diceritakan mahasiswi semester 10 Universitas Riau (UNRI), Dwi Sekar Larasati (25). Ia mengaku kebutuhan hidupnya menjadi mahasiswa sangat mengirit alias minimalis.
Anak kedua dari empat bersaudara asal Kisaran, Asahan, Sumatera Utara (Sumut) ini memilih tempat kos di Jl Tambusai. Lumayan jauh jaraknya dari Kampus UNRI yang berada di Jl Subrantas Tampan, Pekanbaru.
Untuk memenuhi kebutuhan makan, Sekar begitu sapaan akrabnya lebih memilih memasak sendiri. Dengan cara memasak sendiri, hal itu bisa menghemat untuk kebutuhan sehari-hari.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mahasiswi Fisipol semester akhir ini, mengaku jika dana Rp 1,2 juta itu sudah termasuk biaya transportasinya pakai motor ke kampus. Hitungan itu tentunya di luar biaya kamar kosnya.
"Aku bersama adik sepupu dan seorang teman lagi memilih ngontrak rumah. Biaya kontrakanya sebulan Rp 1,2 juta di luar biaya listrik. Jadi biaya itu kami bagi tiga, ya masing-masing sebulan Rp 400 ribu ditambah lagi Rp 50 ribu per orang untuk biaya listrik," kata Sekar.
Hidup sebagai mahasiswi yang ngekos, Sekar dari awal harus membeli kebutuhan peralatan dapur sendiri. Membelinya dengan cara mencicil satu persatu. Mulai dari beli pering, gelas, sendok, kompor gas, dan magic com.
"Sekarang peralatan dapurnya sudah lengkaplah. Dulu sih, harus membelinya sendiri ya dicicil," kata Sekar.
Menurut Sekar, dana makan Rp 1,2 juta per bulan itu, tentunya di luar biaya jajan di kampusnya. Sekali jajan, minimal Rp 15 ribu. Itu pun, Sekar tak saban hari harus jajan di kampus bersama teman-temannya.
"Kadang untuk menghemat biaya hidup, kalau lagi ada jadwal kuliah siang, aku balik ke rumah dulu. Makan di rumah saja, biar hemat," kata Sekar.
Begitupun, kata Sekar, biaya hidup sebagai mahasiswa yang hidupnya ngekos, bisa lebih mahal lagi. Misalkan saja, memilih tempat kos dengan fasilitas kamar menggunakan AC. Atau mahasiswa yang transportasinya menggunakan mobil sendiri.
"Ya kalau aku sih, benar-benar hemat. Seminggu sekali pergi ke pasar kaget, untuk belanja kebutuhan dapur. Mulai beli bawang, sayuran, beras untuk kebutuhan dalam seminggu," kata Sekar.
Untuk menambah-nambah uang sakunya, Sekar kadang ikut dalam event organizer. Dia juga sempat menjadi presenter di stasiun TVRI di Pekanbaru. Itu semua dia lakukan untuk mencari tambahan dari dana kulih yang dikirim orang tuanya.
"Sekarang aku nggak lagi presenter di TVRI, lagi fokus untuk menyelesaikan kuliah dulu. Sekarang lagi nyusun skripsi," kata Sekar.
(cha/asp)