"Maksud kekeringan meteorologis itu berkurangnya curah hujan dari keadaan normalnya dalam jangka waktu yang panjang, dalam waktu bulanan, dua bulanan, tiga bulanan dan seterusnya," kata Kepala Kelompok Data dan Informasi BMKG Stasiun Klimatologi Yogyakarta, Djoko Budiyono, Kamis (5/7/2018).
Hasil monitoring curah hujan, di Yogya bagian selatan sebagian besar sudah tidak ada hujan dalam 1-2 bulan yang lalu. Kondisi tersebut berpotensi terjadinya kekeringan dari segi meteorologis terutama di Yogya bagian selatan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sedangkan daerah tidak hujan berturut-turut 31-60 hari terjadi di Bantul (Bambanglipuro, Piyungan, Pundong, Sedayu, Sewon), Gunungkidul (Gedangsari, Panggang, Playen, Ponjong), Kulon Progo (Nanggulan), dan Sleman (Ngemplak).
"Itu update 30 Juni 2018, akan dievaluasi secara berkala," jelasnya.
Sementara itu untuk kondisi cuaca/iklim di wilayah DIY bulan Juli 2018, hasil analisa dan pantauan cuaca/iklim dari BMKG Stasiun Klimatologi terlihat antara lain periode musim kemarau di bulan Juli ini menunjukkan adanya penguatan bila dibandingkan bulan Juni lalu.
"Diprediksi potensi terjadinya curah hujan di awal Juli ini sangat kecil potensinya. Jumlah curah hujan dalam seminggu ke depan hanya berkisar 0-20 mm/minggu dengan kategori rendah," papar Djoko.
Untuk kondisi cuaca pagi hingga siang hari cerah berawan dengan suhu siang hari mencapai 32-34 C (cukup panas). Sedang suhu malam hari mencapai 20-22 C (cukup dingin).
Lebih lanjut, BMKG memprakirakan puncak musim kemarau akan berlangsung di bulan Agustus 2018. Mengantisipasi masuknya puncak periode musim kemarau diharapkan masyarakat untuk mulai menghemat air.
"Bagi petani agar menyesuaikan pola tanaman yang cocok dengan musim kemarau. Masyarakat agar menjaga kesehatan terutama dalam beraktivitas di luar ruangan karena suhu yang cukup signifikan (malam hari dingin, siang hari panas)," imbuh Djoko. (mbr/mbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini