"Di berbagai survei yang ada, partai ini (Hanura) tidak lolos parliamentary threshold. Mungkin Pak Moeldoko tidak mau ikutan kalah," kata Wakil Sekretaris Jenderal Partai Gerindra, Andre Rosiade, kepada detikcom, Selasa (3/7/2018).
Survei semacam itu pernah dirilis lembaga Cyrus Network pada 18 April 2018. Ambang batas parlemen adalah 4% total suara sah nasional di pileg. Saat itu, responden Cyrus Network hanya memberi elektabilitas 1,0%.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bisa saja Pak Moeldoko ini mundur karena melihat kondisi Hanura yang karut-marut, ada konflik di internal Hanura, sehingga Pak Moeldoko mungkin pusing. Apalagi survei Hanura di bawah parliamentary treshold," tuturnya.
Atau bisa juga, duga Andre, Moeldoko kecewa atas kinerja Fraksi Hanura di DPR yang gagal berkontribusi via parlemen. Namun Gerindra tetap mengapresiasi keputusan Moeldoko.
"Menurut kami, itu bagus. Kami apresiasi Pak Moeldoko fokus melaksanakan tugas beliau sebagai Kepala Staf Kepresidenan," ujar Andre.
Baca juga: Alasan Moeldoko Mundur dari Hanura |
Moeldoko, yang kini menjabat Wakil Ketua Dewan Pembina Hanura, menyatakan ingin keluar dari partai itu. Dia ingin berfokus pada tugasnya di pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Saya secara individu, secara pribadi, nggak pernah terlibat urusan partai politik karena, di samping saya sebagai dewan pembina, keterlibatan saya tidak ada pengaruh. Oleh karena itu, saya mempertimbangkan mengundurkan diri saja karena tugas di sini semakin banyak frekuensinya," kata Moeldoko, Senin (2/7).
Eks Panglima TNI itu mengaku sudah menyampaikan niatnya mundur kepada Ketua Dewan Pembina Hanura Wiranto. Hanya, Moeldoko belum menyampaikan niat tersebut kepada sang Ketua Umum, Oesman Sapta Odang (OSO). (dnu/tor)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini